Kamis, 23 April 2020

Satu Pasien Virus Corona Alami 'Gastro Coronavirus', Apa Itu?


PT Kontak Perkasa - Saat seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19, biasanya muncul dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Tetapi, ada satu pasien mengalami gejala yang jarang dirasakan pasien COVID-19 dan menyerang sistem pencernaan atau disebut sebagai 'gastro coronavirus'.
Pasien COVID-19 tersebut, Dr Fern Riddell, merasakan gejala seperti orang keracunan makanan. Sejarawan sekaligus penulis asal Inggris ini menghabiskan waktu selama 30 hari untuk melawan virus dengan rasa sakit yang menyakitkan di perutnya.

"Halo, saya sedang menjalani pengobatan virus Corona di rumah sakit, dan selama 26 hari terakhir ini menjadi yang paling menyakitkan dalam hidup saya," tulisnya dalam Twitter.

Awalnya, ia merasa sangat beruntung karena tidak memiliki gejala umum virus Corona pada pernapasannya. Tapi, gejala yang dialaminya sangat mengganggu di bagian perut terutama lambung. Namun, selama 10 hari terakhir, kondisi kesehatannya semakin menurun.

"Rasanya seperti keracunan. Seluruh tubuhku bergetar, sakit, mengalami dehidrasi serius (diatasi dengan 6 liter air sehari yang ditambah dengan oralit), mual yang luar biasa, diare parah, dan kelelahan," jelasnya.

"Sampai beberapa hari terakhir, saya terhidrasi dengan baik dan tidak perlu minum obat-obatan lain lagi. Tapi, saya masih mengalami masalah perut dan sudah berjalan selama 23 hari setelah pertama rasa ini muncul," imbuh Dr Riddell.

Menurut studi yang diterbitkan dalam American Journal of Gastroenterology, gejala gastro coronavirus ini muncul sebelum gejala lain seperti demam dan batuk. Penelitian ini juga mengatakan bahwa pasien yang memiliki gejala pencernaan tersebut, seperti diare memiliki risiko kematian lebih tinggi. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Rabu, 22 April 2020

Kim Jong Un Dikabarkan Sakit Keras, Trump: Saya Harap Dia Baik-baik Saja


PT Kontak Perkasa Futures - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berharap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un baik-baik saja usai dikabarkan dalam kondisi bahaya setelah menjalani operasi.
"Saya cuma bisa mengatakan ini: saya berharap dia baik-baik saja," kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih, seraya menekankan "hubungan baik" antara dirinya dan pemimpin Korut itu.

"Saya hanya berharap dia baik-baik saja," tuturnya seraya menambahkan bahwa dirinya mungkin akan menghubungi Kim untuk mengetahui bagaimana kondisinya.

"Jika dia dalam kondisi seperti yang dikatakan oleh laporan tersebut, yang disebutkan oleh berita itu, itu adalah kondisi yang sangat serius," imbuh Trump, Rabu (22/4/2020).

Trump menolak mengatakan apakah dia memiliki informasi langsung mengenai kondisi kesehatan Kim. Trump menyebut bahwa dirinya cuma mendengar informasi soal Kim lewat pemberitaan media.

"Saya tidak tahu apakah laporan itu benar," ujarnya.

Trump menyampaikan hal tersebut di tengah munculnya pemberitaan mengenai Kim yang dilaporkan dalam kondisi bahaya usai menjalani operasi.

Informasi ini mencuat di tengah spekulasi yang beredar soal kondisi kesehatan Kim setelah dia absen dari acara peringatan hari kelahiran kakeknya, Kim Il Sung, pada 15 April lalu -- yang merupakan hari libur paling penting di Korut. Empat hari sebelumnya, dia terpantau menghadiri sebuah rapat pemerintahan Korut.
Selasa (21/4/2020), seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang memahami isu ini menyatakan otoritas AS sedang memantau informasi intelijen yang menyebut kondisi Kim Jong-Un dalam bahaya besar usai sebuah operasi.

Namun pemerintah Korea Selatan (Korsel) membantah laporan tersebut. Juru bicara kepresidenan Korsel juga menyatakan bahwa tak ada aktivitas khusus yang terdeteksi di Korut saat ini. - PT Kontak Perkasa Futures

Sumber : detik.com

Selasa, 21 April 2020

Tenaga Medis Hadang Pengunjuk Rasa yang Protes Soal Lockdown


PT KP Press - Tenaga medis di Colorado, Amerika Serikat, 'bentrok' dengan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi pada Minggu (19/4/2020) lalu yang menuntut pencabutan lockdown dan tinggal di rumah. Beredar juga video viral yang memperlihatkan seorang perawat berdiri di depan mobil wanita rasis yang melakukan protes.
"Pergi ke China jika Anda menginginkan komunisme," teriak wanita tersebut dengan mengenakan kaus bendera Amerika sambil memegang tanda bertuliskan 'land free'.

Perawat itu hanyalah satu dari sekian orang yang mencoba menahan para protestan untuk berunjuk rasa di Colorado, di mana 400 orang lebih sudah meninggal karena virus corona. Alexis, seorang perawat menyebut bahwa aksi ini adalah sebuah tamparan keras bagi pekerja medis.

"Saya tidak berpikir banyak orang menikmati ini (lockdown). Tapi bukan itu intinya," tuturnya.

Protes yang terjadi di Colorado berlangsung sekitar 4 jam. Mereka yang berunjuk rasa menuntut pemerintah untuk mencabut larangan bepergian dan tetap tinggal di rumah.

"Kematian adalah bagian dari kehidupan, dan inilah saatnya untuk mulai hidup lagi," ujar salah satu pengunjuk rasa, Mary Conley.

Protes itu adalah bagian dari gelombang demonstrasi menentang perintah lockdown di seluruh penjuru Amerika Serikat. - PT KP Press

Sumber : detik.com

Senin, 20 April 2020

Polusi Drop, Bumi yang Membaik di Tengah Pandemi Corona


Kontak Perkasa Futures - Pandemi virus Corona memaksa manusia menurunkan beragam aktivitasnya nyaris di seluruh dunia. Ini memberi dampak positif pada planet bumi yang menunjukkan tanda-tanda membaik.

Banyak negara di dunia menerapkan lockdown untuk meredam penularan virus corona. Awal April ini euronews melaporkan kalau setidaknya ada 3,9 miliar manusia di dunia saat ini (nyaris separuh populasi) menjalani lockdown akibat COVID-19.

Virus corona membuat manusia tak lagi bisa melakukan aktivitas seperti sebelumnya. Jutaan kendaraan di dunia terparkir dan ribuan pabrik berhenti beroperasi. Ini membuat polusi mengalami penurunan untuk kali pertama dalam beberapa dekade terakhir. Disadari atau tidak, kondisi alam planet bumi kini membaik.

Pada beberapa pekan awal virus Corona merebak di China, muncul citra satelit yang menggambarkan bagaimana tingkat polusi udara di Wuhan dan beberapa kota negara tersebut mengalami penurunan signifikan.

Foto ini adalah hasil jepretan NASA yang menggambarkan menurunnya tingkat polusi di China pada dua bulan pertama 2020. Salah satu yang mengalami penurunan besar adalah kandungan nitrogen dioksida.

Kondisi serupa kemudian ditemui di Italia. Sejak pemerintah negara tersebut memberlakukan lockdown nasional pada awal Maret, perubahan besar terjadi pada kualitas udara. Sama seperti di China, kadar nitrogen dioksida di atas langit Italia drop dalam periode lockdown.

Foto di atas diambil oleh European Space Agency pada dua periode yakni Februari dan Maret. Kondisi udara di Italia dilaporkan terus membaik karena lockdown masih diberlakukan.

Di seluruh Eropa fenomena serupa terjadi. Paris mengalami penurunan kadar nitrogen dioksida sebesar 54%, Madrid drop 48%, sedangkan Roma dan Milan masing-masing turun 49% dan 47%.

Masih dari Italia, pada awal Maret beredar foto-foto kondisi Venesia di mana air yang mengalir pada kanal-kanal kota tersebut kini jernih. Sementara beberapa binatang air kabarnya mulai terlihat melakukan aktivitas yang tak pernah terlihat sebelumnya.

Melompat ke India, warga salah satu provinsi di negara tersebut kini bisa melihat dengan mata sendiri keindahan Pegunungan Himalaya. Kadar polusi yang menurun membuat langit menjadi lebih cerah dan jarak pandang bertambah. Alhasil Pegunungan Himalaya yang berjarak ribuah kilometer bisa terlihat.

This is Dhauladhar mountain range of Himachal, visible after 30 yrs, from Jalandhar (Punjab) after pollution drops to its lowest level. This is approx. 200 km away straight. #Lockdown21 #MotherNature #Global healing.

Kabar lain adalah kondisi lapisan ozon yang juga terus menbaik, demikian hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature. Untuk kali pertama sejak ditemukan adanya kebocoran, kondisi ozon dalam beberapa waktu terakhir terus membaik. Beberapa ilmuan malah menyebut ozon akan mampu memperbaiki dirinya sendiri dan terus menutup.

Pada banyak belahan dunia lain, kondisi alam yang berubah drastis akibat lockdown pandemi Corona juga hangat diperbincangkan. Selain laut dan danau yang lebih bersih, langit biru terang juga tampak di banyak lokasi di dunia. - Kontak Perkasa Futures

Sumber : detik.com

Jumat, 17 April 2020

Jual Koleksi Tas dan Baju, Amanda Manopo Niat Hasilnya Disumbangkan


PT Kontak Perkasa - Beberapa waktu lalu, Amanda Manopo pernah disebut menjual tas dan bajunya. Lantaran hal tersebut, banyak teman-teman Amanda yang menanyakan ada apa dengan keuangan Amanda.
Melalui Instagram Stories miliknya, Amanda Manopo mengatakan alasan mengapa ia sampai menjual tas dan baju tersebut. Menurutnya, uang yang akan didapatkannya bukan untuk digunakannya secara pribadi.

"Jadi kalau sekarang lagi banyak banget berita tentang aku jual tas dan lain sebagainya. Nah gara-gara itu, teman-teman aku jadi nanya ke aku, 'Man lo kenapa, kok jual tas? lagi butuh uang atau gimana?' pada nanya gitu," buka Amanda Manopo.

Ia menjelaskan nantinya uang tersebut akan disumbangkan bagi yang membutuhkan saat ini.
 
"Memang kan biasanya aku syuting terus ya jadi pemasukan lancar, nah kalau lagi kayak gini kan nggak syuting jadi pemasukannya seret tuh. Pamasukan jadi mandek. Tas itu memang aku jual," beber Amanda.

"Tapi alasannya bukan kenapa-napa, nantinya uang yang aku dapat akan aku kasih lagi ke orang yang lain kesusahan juga saat seperti ini. Aku sadar banget lagi kayak begini kan banyak orang yang pemasukannya tidak seperti biasanya," jelasnya lagi.

Ia pun meminta agar tidak ada lagi yang menanyakan hal ini padanya. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Kamis, 16 April 2020

Sebut AS Telah Lewati Puncak Corona, Trump: Strategi Agresif Kita Berhasil


PT Kontak Perkasa Futures - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa AS telah melewati yang terburuk dari pandemi virus Corona dan dirinya akan mengumumkan pedoman untuk membuka kembali perekonomian pada Kamis (16/4) waktu setempat.
"Jelas bahwa strategi agresif kita berhasil," ujar Trump pada konferensi pers, Rabu (15/4) waktu setempat. "Perjuangan terus berlanjut namun data menunjukkan bahwa secara nasional kita telah melewati puncak pada kasus-kasus baru," kata Trump.

Kamis (16/4/2020), Trump menambahkan bahwa "perkembangan yang menggembirakan ini telah menempatkan kita pada posisi yang sangat kuat untuk menyelesaikan pedoman bagi negara-negara bagian tentang pembukaan kembali negara."

Dia mengatakan bahwa dirinya akan membahas ini dalam konferensi pers pada hari Kamis, untuk "mengumumkan pedoman."

Sebelumnya pada Senin (13/4) lalu, Trump mengancam dirinya akan menggunakan kekuatan "total" untuk memaksa para gubernur negara bagian untuk mengikuti arahannya tentang pembukaan kembali. Sontak hal ini memicu banyak protes di dalam negeri.

Menanggapi protes tersebut, Trump pun kembali berujar pada hari berikutnya, mengatakan bahwa dirinya tak akan "menekan" gubernur untuk membuka kembali negara bagian.

"Kita akan membuka kembali negara-negara bagian, beberapa negara bagian jauh lebih cepat dari yang lain," kata Trump pada hari Rabu (15/4). "Kami pikir beberapa negara bagian dapat membuka kembali sebelum batas waktu 1 Mei," imbuhnya.

Sebelumnya, Anthony Fauci, pakar pandemi AS mengatakan bahwa sebagian wilayah AS dapat mulai mengendorkan pembatasan pada 1 Mei mendatang.

AS telah dihantam parah oleh virus Corona, dengan hampir 630 ribu kasus yang terkonfirmasi, jumlah kasus terbanyak di dunia. Virus mematikan ini telah merenggut nyaris 30 ribu nyawa di seluruh AS -- angka kematian tertinggi di dunia. - PT Kontak Perkasa Futures

Sumber : detik.com

Rabu, 15 April 2020

Dilema Mudik dan Segala Risiko yang Menunggu


PT KP Press - Mudik saat wabah virus Corona menjadi polemik. Pemudik pun diingatkan risiko besar yang menunggu sejak di perjalanan hingga di tempat tujuan.
Wilayah Jakarta dan sebagian Jawa Barat masuk kategori zona merah virus Corona. Padahal, dari dua wilayah itu pula pemudik diperkirakan paling banyak berangkat ke daerah lain.

Bukan tidak mungkin, pemudik itu pulang ke daerah asal yang memang belum terpapar COVID-19. So, kedatangan perantau di daerah tujuan bisa jadi menjadi petaka. Terlebih, di daerah tujuan biasanya menjadi tempat tinggal lansia, padahal lansialah yang lebih mudah terinfeksi virus Corona.
 
"Kalau kita perhatikan, mereka yg ODP memang kebanyakan anak muda, tapi kemudian ketika menjadi PDP mereka adalah orang tua," kata kata peneliti Lembaga Demografi UI & Ketua Bidang Mobilitas dan Sebaran Penduduk IPADI, Chotib Hasan, dalam webinar dengan media, Rabu (15/4/2020).

Merujuk tahun-tahun sebelumnya, mayoritas pemudik menggunakan moda transportasi umum, bus atau travel, kereta api, kemudian diikuti dengan kendaraan roda empat milik pribadi, kendaraan roda dua. Menurut Chotib, seluruh moda itu tak menutup risiko pemudik terpapar virus Corona.

"Ini semuanya ada tingkat keterpaparan tinggi apalagi bus ada keterpaparan, naik kendaraan roda empat pun ada keterpaparan. Meskipun, saat sekarang ada peraturan jaga jarak," ujar Chotib.

"Kemudian kereta api ini apalagi sangat massal, roda dua pun sangat berdempetan, berboncengan. Jadi, apapun yang digunakan mereka memiliki keterpaparan terhadap penyebaran COVID-19," dia menambahkan.

Selain itu, waktu keberangkatan pemudik saat menjelang Ramadan atau mudik saat Lebaran yang dilakukan dalam satu periode bakal sulit untuk menjalankan jaga jarak. Biasanya pemudik pulang di h-3 dan h-1 lebaran dan masih ramai saat hari pertama lebaran.

"Lebaran kan tanggal 24-25 (Mei). Kalau tidak ada intervensi sekitar 22-23 Mei atau ada juga yang h-3 dan h-4 mulai dari 17 Mei dan seterusnya ini menjadi tanggal-tanggal yang jadi perhatian dalam pelaksanaan mudik tersebut," kata Chotib.

Kemudian, saat berada di tempat tujuan, biasanya pemudik akan menghabiskan waktu tujuh hari atau mungkin dua minggu. Selama berada di sana, pemudik akan bertemu kerabat dan sanak saudara.

"Potensi keterpaparan sangat tinggi, di titik keberangkatan, perjalanan dan daerah tujuan perlu sama sama antar pemerintah asal mudik dan tujuan mudik untuk sama-sama menahan, menahan untuk tidak berangkat dan menahan untuk masuk, penahanan dari kedua pihak," kata Chotib. - PT KP Press

Sumber : detik.com