PT Kontakperkasa - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Rabu (1/11/2023), di tengah cerahnya bursa saham global pada hari ini.
Per pukul 09:48 WIB, IHSG ambles 1,25% ke posisi 6.671,231. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 6.600 pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 3 triliun dengan melibatkan 9 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 471.295 kali. Sebanyak 157 saham menguat, 351 saham melemah dan 173 saham stagnan.
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, seperti sektor kesehatan yang mencapai 3,78%, kemudian sektor konsumer non-primer sebesar 2,68%, sektor sektor energi sebesar 2,42%, dan sektor bahan baku sebesar 2,39%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI -10,50 4.870 -2,22%
Bank Central Asia BBCA -8,61 8.625 -1,43%
Amman Mineral Internasional AMMN -6,72 6.300 -3,08%
Charoen Pokphand Indonesia CPIN -6,48 5.400 -7,33%
Kalbe Farma KLBF -5,21 1.580 -6,80%
Adaro Energy Indonesia ADRO -4,76 2.430 -5,47%
Sumber: Refinitiv & RTI
Dua saham raksasa perbankan menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 10,5 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,6 indeks poin.
IHSG ambles meski bursa saham global cenderung menguat pada hari ini. Di Asia-Pasifik sendiri, sebagian besar terpantau menguat dengan indeks Nikkei 225 Jepang memimpin yakni melejit 2%.
IHSG yang ambles sepertinya karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia dan keputusan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2023 pada hari ini Rabu (1/11/2023) pukul 11:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 11 institusi memperkirakan inflasi Oktober 2023 akan mencapai 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year-on-year/yoy) akan berada di angka 2,65% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,00%.
Sebagai catatan, inflasi pada September 2023 tercatat 2,28% (yoy) dan 0,19% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 2,00% (yoy).
Dalam catatan BPS, inflasi secara bulanan memang biasanya meningkat mulai Oktober setelah melandai di September. Sepanjang periode 2018-2022 atau lima tahun terakhir, inflasi (mtm) Oktober mencapai 0,08%.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan September yang lebih banyak mencatat deflasi. Inflasi Oktober tahun ini juga diprediksi akan kencang karena melonjaknya sejumlah harga bahan pangan serta BBM non-subsidi.
Sementara itu dari AS, The Fed akan mengumumkan hasil pertemuan dua harinya pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pengumuman The Fed sangat ditunggu dunia karena besarnya pengaruh kebijakan tersebut kepada pergerakan pasar saham, obligasi, dan mata uang dunia.
Pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.
Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes September juga menunjukkan sebagian pejabat The Fed masih melihat perlunya kenaikan suku bunga terbatas karena inflasi belum ada di kisaran target mereka yakni 2%.
Risalah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tajam antara pejabat The Fed mengenai tambahan kenaikan suku bunga.
Namun, pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada Kamis dini hari besok.
Hal ini sesuai dengan perangkat FedWatch Tool yang menunjukkan 97,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 98,4%. - PT Kontakperkasa
Sumber : cnbcindonesia.com