Jumat, 18 Oktober 2024

Bitcoin Cs Loyo, Ternyata Ini Penyebabnya

 


PT Kontakperkasa - Pasar kripto cenderung bergerak melemah pada hari ini, Jumat (18/10/2024) di tengah pelemahan volume transaksi Solana dalam dua hari terakhir.
Merujuk dari CoinMarketCap pada Jumat (18/10/2024) pukul 06:03 WIB, pasar kripto cenderung mengalami pelemahan. Bitcoin turun 0,5% ke US$67.382,55 sedangkan secara mingguan berada di zona positif 12,11%.

Ethereum terdepresiasi 0,37% dalam 24 jam terakhir sementara dalam sepekan masih menguat 9,77%.

Begitu pula dengan Tron yang tergelincir 0,08% dalam 24 jam terakhir Sementara dalam tujuh hari terakhir berada di zona hijau 0,78%.

 

Performa Kripto (18/10/2024)

Table with 5 columns and 7 rows.
Bitcoin$67,382.55−0.5012.11$1,332,092,891,934
Ethereum$2,609.18−0.379.77$314,112,668,707
BNB$591.80−1.845.52$86,362,342,953
Solana$150.76−2.608.82$70,834,398,507
XRP$0.54−0.713.35$30,976,762,534
Dogecoin$0.131.3421.55$18,829,312,554
Tron$0.16−0.080.78$13,841,621,570

 

 

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,85% ke angka 2.449,55. Open interest terdepresiasi 1,2% di angka US$69,71 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 60 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase greed dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Harga kripto pagi hari ini cenderung mengalami koreksi, salah satunya Solana. Dikutip dari Coingape, penurunan harga Solana disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan aktivitas jaringan Solana antara 16 dan 17 Oktober. Sementara itu, sentimen di pasar kripto yang lebih luas juga memengaruhi Solana, dengan harga Bitcoin yang mendingin setelah reli awal minggu ini.

Data dari DeFiLlama menunjukkan bahwa volume pertukaran terdesentralisasi (DEX) di jaringan tersebut turun pada 16 dan 17 Oktober, dengan masing-masing mencatat US$1,69 miliar dan US$1,68 miliar. Jaringan ini mencatat volume DEX tertinggi mingguan sebesar US$2,06 miliar pada 14 Oktober, di mana harga Solana mencapai puncaknya hingga US$158.

Penurunan volume DEX berarti lebih sedikit pengguna yang berinteraksi dengan jaringan pada 16 dan 17 Oktober, yang menjelaskan mengapa harga koin turun. Lonjakan volume perdagangan biasanya menyebabkan lonjakan harga, sementara penurunan volume menyebabkan tekanan turun.

Kendati hampir seluruh koin mengalami koreksi, namun dana yang diperdagangkan di bursa AS (ETF Bitcoin Spot) tampak kembali tercatat net inflow.

ETFs Bitcoin spot yang berbasis di AS telah melampaui total aliran bersih sebesar $20 miliar pada 17 Oktober.

Menurut Eric Balchunas, analis senior ETF di Bloomberg, jumlah US$20 miliar ini adalah "metrik yang paling sulit untuk tumbuh" untuk ETF, seperti yang ia tulis dalam sebuah unggahan di X pada 17 Oktober.

ETFs Bitcoin spot di AS hanya memerlukan waktu 10 bulan untuk melampaui tonggak aliran bersih sebesar US$20 miliar, yang menunjukkan minat investor yang signifikan. Sebagai perbandingan, ETFs emas memerlukan waktu sekitar lima tahun untuk mencapai tonggak ini, menurut Balchunas. - PT Kontakperkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

 

 

Kamis, 10 Oktober 2024

IHSG Lesu! Asing Diam-Diam Borong 10 Saham Ini

 


PT KP Press - Setelah berhasil menguat dua hari beruntun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merana pada akhir perdagangan Rabu (9/10/2024). Hingga akhir perdagangan, indeks melemah 0,74% ke posisi 7.501,28.
Nilai transaksi indeks kemarin mencapai Rp12,91 triliun dengan melibatkan 34,49 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 237 saham terapresiasi, 334 saham terdepresiasi, dan 228 saham stagnan.

Keseluruhan indeks berada di zona merah dengan sektor energi dan properti menjadi yang paling besar koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG kemarin, yakni mencapai 0,76%. Sedangkan sektor healthcare mengalami penurunan paling tipis yakni 0,01%.

Sementara itu, investor asing kembali melakukan penjualan bersih sebesar Rp2,53 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp560,45 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp1,97 triliun.

Di samping itu, asing juga melakukan pembelian bersih terhadap sejumlah saham. BBCA menjadi saham dengan net buy asing terbesar, yakni Rp58,5 miliar. Lalu diikuti oleh MDKA RP 51,7 miliar dan BBNI Rp 38,5 miliar.

Mengutip RTI Business, berikut 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan kemarin:

1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp58,5 miliar

2. PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) - Rp51,7 miliar

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) - Rp38,5 miliar

4. PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) - Rp31,7 miliar

5. PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) - Rp25,6 miliar

6. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) - Rp25,3 miliar

7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp19,9 miliar

8. PT Timah Tbk. (TINS) - Rp13,8 miliar

9. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) - Rp10,0 miliar

10. PT MD Entertainment Tbk. (FILM) - Rp9,4 miliar - PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com

Kamis, 29 Agustus 2024

IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Investor Asing Justru Lepas Saham Unggulan


 

PT Kontakperkasa - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa yang luar biasa dengan mencatatkan rekor tertinggi baru pada perdagangan Rabu, 28 Agustus 2024. Setelah sempat melemah pada hari sebelumnya, IHSG menguat sebesar 0,8% dan ditutup di posisi 7.658,87, menciptakan all time high (ATH) baru. Peningkatan ini menandakan optimisme yang masih kuat di kalangan investor, meskipun beberapa saham justru dilepas oleh investor asing.

Pada hari tersebut, nilai transaksi IHSG mencapai jumlah yang sangat fantastis, yaitu sekitar Rp 116,04 triliun. Jumlah ini mencakup 26,07 miliar saham yang berpindah tangan melalui 1,27 juta transaksi. Lonjakan nilai transaksi ini didorong oleh adanya transaksi crossing jumbo dari saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Berdasarkan data yang dilansir dari RTI, transaksi di saham BYAN dari pasar negosiasi mencapai Rp 101,8 triliun, dengan harga per saham ditetapkan pada Rp 13.888. Volume transaksi saham BYAN ini mencapai 7,33 miliar lembar saham, yang merupakan salah satu transaksi terbesar dalam perdagangan saham di Indonesia.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) yang cukup signifikan sebesar Rp 2,07 triliun di seluruh pasar, dengan rinciannya adalah Rp 257,37 miliar di pasar reguler dan Rp 1,83 triliun di pasar negosiasi dan tunai. Namun, di tengah optimisme yang melanda IHSG, terdapat beberapa saham unggulan yang justru mengalami aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak dijual oleh investor asing dengan nilai net sell mencapai Rp 183,3 miliar. Saham BBRI ini menjadi yang teratas dalam daftar saham dengan net foreign sell terbesar pada perdagangan hari Rabu tersebut. Selain BBRI, saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga masuk dalam daftar ini dengan nilai net sell sebesar Rp 53,2 miliar, diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan nilai net sell sebesar Rp 34,7 miliar.

Beberapa saham lainnya yang juga banyak dilepas oleh investor asing antara lain PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) dengan nilai net sell Rp 32,9 miliar, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) sebesar Rp 24,7 miliar, serta PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dengan nilai net sell Rp 22,9 miliar. Tidak ketinggalan, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang masing-masing mencatatkan net sell sebesar Rp 22,0 miliar dan Rp 21,8 miliar.

Sementara itu, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Astra Internasional Tbk. (ASII) juga mengalami net sell asing dengan nilai masing-masing Rp 20,4 miliar.

Meskipun demikian, optimisme pasar terhadap IHSG masih terjaga, terbukti dengan catatan ATH baru yang dicapai. Namun, aksi jual oleh investor asing terhadap beberapa saham besar ini menunjukkan adanya kehati-hatian dalam menghadapi potensi risiko di masa mendatang. Para investor tampaknya mulai melakukan penyesuaian portofolio mereka, mungkin sebagai respon terhadap dinamika pasar global dan domestik yang terus berkembang.

Secara keseluruhan, kinerja IHSG yang kuat ini mencerminkan sentimen positif yang masih mendominasi pasar saham Indonesia, meskipun investor asing mulai mengambil langkah untuk merealisasikan keuntungan mereka dari beberapa saham unggulan. Kondisi ini memberikan sinyal bahwa pasar masih memiliki potensi untuk terus tumbuh, tetapi juga memerlukan kewaspadaan dari para pelaku pasar dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. - PT Kontakperkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

Selasa, 23 Juli 2024

Biden Mundur Dari Pencalonan Pilpres AS, Wall Street Dibuka Bergairah

 


Kontakperkasa Futures - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street terpantau berhasil menguat pada awal sesi Senin (22/7/2024), di mana investor cenderung mempertimbangkan kemungkinan masa jabatan kedua calon dari Partai Republik Donald Trump pada Pilpres AS 2024 setelah Presiden Joe Biden menarik diri dari pencalonan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,22% ke posisi 40.377,28, S&P 500 melesat 1,01% ke 5.560,42, dan Nasdaq Composite melonjak 1,59% menjadi 18.008,79.

Wall Street berhasil rebound setelah pada akhir pekan lalu berakhir merana, karena pada hari ini investor cenderung mempertimbangkan kemungkinan masa jabatan kedua calon presiden Trump pada Pilpres AS 2024 setelah Biden menarik diri dari pencalonan.

Biden menyerah pada tekanan tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang terus mendesak sosok berumur 81 tahun tersebut untuk mundur dari pencalonan di tengah kekhawatiran mendalam bahwa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump.

Dalam unggahan di media sosial, Biden juga menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai "mitra yang luar biasa," dan dirinya mendukung Harris untuk menggantikan posisinya.

Sejak kinerja debat Biden yang buruk pada Juni lalu, banyak analis pasar melihat kemungkinan besar Trump akan menang pada Pilpres AS 2024 yang akan digelar November mendatang.

Bahkan, kasus penembakan yang mengenai Trump saat kampanye di Pennsylvania, Sabtu dua pekan lalu membuat pasar semakin yakin Trump dapat mengalahkan Biden di perhelatan Pilpres 2024.

Jay Hatfield, CEO di Infrastructure Capital Advisors, mengatakan dia memperkirakan "reaksi pasar saham yang tenang" terhadap pengunduran diri Biden dari pemilihan presiden AS, seperti yang diperkirakan sebagian besar karena seruan agar Biden mundur semakin keras.

"Fakta bahwa Biden mendukung Kamala Harris mengurangi ketidakpastian. Mungkin ada sedikit penurunan perdagangan di hari ini karena Wakil Presiden Harris dianggap memiliki peluang menang yang sedikit lebih baik," kata Hatfield, dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya pada Minggu kemarin, Biden memutuskan untuk mundur dari kampanye pencalonannya untuk periode kedua. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah surat yang diunggal di akun Instagram dan X pribadinya.

Dalam suratnya, Biden menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Wakil Presiden Kamala Harris dan semua pendukung yang telah bekerja keras untuk kampanye pemilihannya.

Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa Amerika akan terus maju dan menghadapi tantangan dengan persatuan dan kerja sama.

"Meskipun merupakan niat saya untuk mencalonkan kembali, saya percaya adalah yang terbaik bagi partai saya dan negara ini jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada menjalankan tugas saya sebagai Presiden untuk sisa masa jabatan saya," tulis Biden dalam suratnya pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat.

Wakil Presiden Kamala Harris dipandang sebagai yang terdepan untuk melanjutkan kampanye kepresidenan Partai Demokrat. Partai itu sendiri akan mengumumkan calon baru pada konvensi mereka di Chicago pada 19-22 Agustus.

Mundurnya Biden dari kontestasi pencalonan telah membuat sejumlah investor buka suara. Ekonom bank Swiss UBS menyebut bila Harris dicalonkan, maka pelaku pasar akan melihat keberlanjutan dari program Biden.

"Kami tidak memperkirakan adanya perubahan besar dalam prioritas kebijakan dari salah satu pesaing utama Partai Demokrat mengenai isu-isu yang menjadi perhatian investor AS. Kesinambungannya akan terlihat jelas jika Harris menjadi calon," ujar laporan bank itu dikutipBusiness Today.

Di lain sisi, rilis kinerja keuangan perusahaan di AS pada kuartal II-2024 dan prospek penurunan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga akan menjadi perhatian utama pasar.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan hampir 93% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

Jumat, 05 Juli 2024

Stok Tipis, Harga Minyak Malah Longsor! Ada Apa?

 

Kontakperkasa Futures - Harga minyak mentah dunia terpantau melemah di tengah harapan kuatnya permintaan bahan bakar pada musim panas dan beberapa kekhawatiran pasokan.
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Jumat (5/7/2024) pukul 10.00 WIB harga minyak mentah Brent tercatat US$87,09 per barel, turun 0,4% dibandingkan posisi kemarin.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate turut melemah 0,3% ke US$83,65 per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, yang telah naik 9% selama empat minggu terakhir, naik tipis menjadi $83,97, naik 9 sen dari penutupan hari Rabu. Dengan pasar AS tutup untuk libur Empat Juli pada hari Kamis, perdagangan melemah dan tidak ada penyelesaian untuk WTI.

Harga minyak naik minggu ini karena ekspektasi permintaan musim panas yang kuat di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia.

"Sentimen pasar minggu ini didukung oleh indikator mobilitas yang kuat dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah," kata analis di ANZ Research dalam sebuah catatan pada hari Jumat (5/7/2024).

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan penurunan persediaan sebesar 12,2 juta barel pada minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi para analis yang memperkirakan penurunan sebesar 700.000 barel.

ata AS pada hari Rabu menunjukkan bahwa permohonan tunjangan pengangguran AS untuk pertama kalinya meningkat pada minggu lalu sementara jumlah pengangguran juga meningkat, yang menurut para analis berpotensi mempercepat penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan mendukung pasar minyak.

Di sisi pasokan, Reuters melaporkan pada hari Kamis bahwa produsen minyak Rusia Rosneft  dan Lukoil akan mengurangi tajam ekspor minyak dari pelabuhan Novorossiisk di Laut Hitam pada bulan Juli.

Sementara itu, Saudi Aramco dari Arab Saudi memangkas harga minyak mentah Arab Light andalan yang akan dijual ke Asia pada bulan Agustus menjadi $1,80 per barel di atas rata-rata Oman/Dubai, menggarisbawahi tekanan yang dihadapi oleh produsen OPEC seiring meningkatnya pasokan non-OPEC. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com

Selasa, 04 Juni 2024

Harga Emas Stabil karena Spekulasi Penurunan Suku Bunga Tekan USD ke Terendah 2 Bulan

 


PT Kontakperkasa Futures - Harga emas turun sedikit di perdagangan Asia pada hari Selasa, tetapi masih bertahan pada beberapa kenaikan dari sesi sebelumnya karena tanda-tanda pendinginan ekonomi AS meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga dan mendorong dolar ke posisi terendah dua bulan.

Namun logam kuning masih tetap jauh di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada bulan Mei, dengan data pasar tenaga kerja yang akan datang, yang akan dirilis akhir pekan ini, akan memberikan lebih banyak isyarat tentang jalur suku bunga AS.

Spot gold turun 0,1% menjadi $ 2.347,66 per ounce, sementara gold futures yang akan berakhir pada bulan Agustus turun 0,1% menjadi $ 2.368,50 per ounce pada pukul 00.36 WIB (11.26 WIB).

Harapan penurunan suku bunga tumbuh di tengah lemahnya data AS, dolar merosot
Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 52,1% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan September, naik dari ekspektasi kemarin sebesar 47%, Alat CME Fedwatch menunjukkan pada hari Selasa.

Pergeseran ekspektasi ini terjadi setelah data indeks manajer pembelian menunjukkan pada hari Senin bahwa aktivitas manufaktur AS menyusut untuk bulan kedua berturut-turut di bulan Mei.

Data PMI, yang muncul hanya beberapa hari setelah pembacaan produk domestik bruto yang lemah, mendorong spekulasi bahwa ekonomi AS mendingin, yang dapat menandai inflasi yang lebih lembut dan memberikan Federal Reserve lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga.

Gagasan ini membuat dollar merosot ke posisi terendah dua bulan pada hari Senin.

bertemu minggu depan The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap. Namun sebelum itu, data pasar tenaga kerja utama akan dirilis minggu ini dan kemungkinan akan menjadi faktor dalam rencana suku bunga bank sentral.

Iklan pihak ketiga. Bukan penawaran atau rekomendasi dari Investing.com. Lihat pengungkapan di sini atau hapus iklan.
Keputusan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa dan Bank of Canada akan dirilis minggu ini, dengan kedua bank sentral akan mulai memangkas suku bunga.

Suku bunga yang lebih rendah diperkirakan akan menguntungkan emas dan logam mulia lainnya, mengingat bahwa biaya peluang untuk berinvestasi di sektor ini meningkat dalam lingkungan suku bunga tinggi.

Logam mulia lainnya stabil pada hari Selasa setelah naik pada hari Senin. Platinum futures turun 0,1% menjadi $ 1.023,50 per ons, sementara silver futures stabil pada $ 30,785 per ons.

Harga tembaga bervariasi karena PMI yang lemah menjadi pertanda buruk
Di antara logam-logam industri, harga tembaga bervariasi pada hari Selasa karena stabil setelah jatuh dari rekor tertinggi selama seminggu terakhir.

Patokan copper futures di London Metal Exchange naik 0,5% menjadi $10.197,50 per ton, sementara copper futures satu bulan turun 0,4% menjadi $4,6645 per pon.

Data PMI yang lemah dari AS dan China meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya aktivitas manufaktur di seluruh dunia, yang dapat menyebabkan melemahnya permintaan untuk logam mulia. - PT Kontakperkasa Futures

Sumber : investing.com

Senin, 27 Mei 2024

Pasar Tunggu Pertemuan OPEC+, Harga Minyak Dunia Kembali Bergairah

 


Kontakperkasa Futures - Harga minyak mentah terpantau menguat pada perdagangan Senin (27/5/2024), di tengah pasar yang wait and see menanti pertemuan OPEC+ pada tanggal 2 Juni. Para produsen diperkirakan akan membahas upaya mempertahankan pengurangan produksi secara sukarela hingga sisa tahun ini.
Per pukul 09:05 WIB, harga minyak mentah jenis Brent menguat 0,19% ke posisi harga US$ 82,28 per barel, sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) bertambah 0,24% menjadi US$ 77,91 per barel.

Sementara pada pekan lalu, harga Brent ambles 2,21% secara point-to-point (ptp), sedangkan WTI ambruk 2,92% (ptp).

Hari libur umum di Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada hari ini diperkirakan akan menjaga perdagangan relatif tipis.

Pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diundur satu hari menjadi 2 Juni dan akan diadakan secara online. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh OPEC pada Jumat lalu.

Para produsen akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut.

Dikombinasikan dengan pengurangan produksi sebesar 3,66 juta barel per hari (bpd) yang berlaku hingga akhir tahun, pengurangan produksi tersebut setara dengan hampir 6% dari permintaan minyak global.

OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak akan relatif kuat pada tahun berikutnya sebesar 2,25 juta barel per hari, sementara Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan akan jauh lebih lambat menjadi 1,2 juta barel per hari.

Sedangkan menurut analis ANZ mengatakan bahwa mereka akan memantau penggunaan bensin saat Belahan Bumi Utara memasuki musim panas, yang biasanya merupakan musim ramai untuk liburan mengemudi.

"Meskipun perjalanan liburan ke AS diperkirakan akan mencapai titik tertinggi pasca-COVID, peningkatan efisiensi bahan bakar dan kendaraan listrik dapat menyebabkan permintaan minyak tetap lemah. Tetapi, hal ini dapat diimbanig dengan meningkatnya perjalanan udara," kata para analis dari ANZ, dikutip dari Reuters.

Pasar juga akan mengamati inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS akhir pekan ini untuk mencari sinyal lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga. Indeks tersebut, yang akan dirilis pada 31 Mei mendatang, dilaporkan merupakan ukuran inflasi pilihan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Brent berakhir pekan lalu sekitar 2% lebih rendah dan WTI kehilangan hampir 3% dalam seminggu terakhir, setelah risalah pertemuan The Fed yang menunjukkan beberapa pejabat bersedia untuk memperketat suku bunga lebih lanjut jika mereka yakin hal itu perlu untuk mengendalikan inflasi yang terus-menerus membandel.

Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama telah memperkuat dolar AS, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. - Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com