Rabu, 01 November 2023

IHSG Ambles 1,25%, 6 Saham Big Cap Ini Jadi Penyebabnya

 


PT Kontakperkasa - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles pada perdagangan sesi I Rabu (1/11/2023), di tengah cerahnya bursa saham global pada hari ini.
Per pukul 09:48 WIB, IHSG ambles 1,25% ke posisi 6.671,231. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 6.600 pada sesi I hari ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitaran Rp 3 triliun dengan melibatkan 9 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 471.295 kali. Sebanyak 157 saham menguat, 351 saham melemah dan 173 saham stagnan.

Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, seperti sektor kesehatan yang mencapai 3,78%, kemudian sektor konsumer non-primer sebesar 2,68%, sektor sektor energi sebesar 2,42%, dan sektor bahan baku sebesar 2,39%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.

Emiten    Kode Saham    Indeks Poin    Harga Terakhir    Perubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero)    BBRI    -10,50    4.870    -2,22%
Bank Central Asia    BBCA    -8,61    8.625    -1,43%
Amman Mineral Internasional    AMMN    -6,72    6.300    -3,08%
Charoen Pokphand Indonesia    CPIN    -6,48    5.400    -7,33%
Kalbe Farma    KLBF    -5,21    1.580    -6,80%
Adaro Energy Indonesia    ADRO    -4,76    2.430    -5,47%
Sumber: Refinitiv & RTI

Dua saham raksasa perbankan menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 10,5 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,6 indeks poin.

IHSG ambles meski bursa saham global cenderung menguat pada hari ini. Di Asia-Pasifik sendiri, sebagian besar terpantau menguat dengan indeks Nikkei 225 Jepang memimpin yakni melejit 2%.

IHSG yang ambles sepertinya karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia dan keputusan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober 2023 pada hari ini Rabu (1/11/2023) pukul 11:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 11 institusi memperkirakan inflasi Oktober 2023 akan mencapai 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year-on-year/yoy) akan berada di angka 2,65% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,00%.

Sebagai catatan, inflasi pada September 2023 tercatat 2,28% (yoy) dan 0,19% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 2,00% (yoy).

Dalam catatan BPS, inflasi secara bulanan memang biasanya meningkat mulai Oktober setelah melandai di September. Sepanjang periode 2018-2022 atau lima tahun terakhir, inflasi (mtm) Oktober mencapai 0,08%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan September yang lebih banyak mencatat deflasi. Inflasi Oktober tahun ini juga diprediksi akan kencang karena melonjaknya sejumlah harga bahan pangan serta BBM non-subsidi.

Sementara itu dari AS, The Fed akan mengumumkan hasil pertemuan dua harinya pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pengumuman The Fed sangat ditunggu dunia karena besarnya pengaruh kebijakan tersebut kepada pergerakan pasar saham, obligasi, dan mata uang dunia.

Pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, bank sentral AS tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.

Risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) atau FOMC Minutes September juga menunjukkan sebagian pejabat The Fed masih melihat perlunya kenaikan suku bunga terbatas karena inflasi belum ada di kisaran target mereka yakni 2%.

Risalah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tajam antara pejabat The Fed mengenai tambahan kenaikan suku bunga.

Namun, pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada Kamis dini hari besok.

Hal ini sesuai dengan perangkat FedWatch Tool yang menunjukkan 97,1% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuan. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 98,4%. - PT Kontakperkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

Kamis, 26 Oktober 2023

10 Saham Ini Diborong Asing Kala IHSG Menguat

 


PT Kontakperkasa - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup di zona hijau. Indeks ditutup terapresiasi 0,41% di 6.834,38 pada perdagangan Rabu (25/10/2023).
Adapun nilai transaksi selama perdagangan kemarin sebesar Rp9,71 triliun, dengan volume transaksi sebanyak 18,68 miliar saham. Tercatat sebanyak 290 saham hijau, 260 merah, sedangkan 207 kuning atau jalan di tempat.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp243,95 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp168,21 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp75,74 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Maka, saham-saham apa yang kompak diborong hingga IHSG kembali menguat kemarin? Mengutip RTI Business, berikut net foreign buy sepanjang perdagangan hari Rabu.

1. PT United Tractors Tbk. (UNTR) - Rp114,4 miliar

2. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp103,4 miliar

3. PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) - Rp57,4 miliar

4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp50,2 miliar

5. PT MD Pictures Tbk. (FILM) - Rp44,5 miliar

6. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) - Rp19,4 miliar

7. PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) - Rp17,5 miliar

8. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) - Rp13,4 miliar

9. PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) - Rp13,2 miliar

10. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) - Rp10,2 miliar - PT Kontakperkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

Selasa, 24 Oktober 2023

Harga Emas Tinggi, Nasabah Tabungan Emas Pegadaian Ikut Bertambah

 


PT KP Press - Harga PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan sepanjang pekan kemarin. Bahkan, harga emas sempat meningkat tajam per satu gram emas sebesar Rp 1,1 juta.

Melonjaknya harga emas, cukup mendorong bisnis emas beberapa perseroan, salah satunya PT Pegadaian. Perusahaan mengatakan adanya lonjakan harga emas mendorong nasabah untuk menambah portofolio investasi tabungan emas yang dimilikinya.

Sekretaris Perusahaan Pegadaian Yudi Sadono mengatakan, per Oktober 2023, produk Tabungan Emas Pegadaian sebesar Rp 148 miliar atau naik 32 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 112 miliar. "Kami melihat kenaikkan harga emas saat ini level Rp 1,1 juta per gramnya justru membuat nasabah Pegadaian terpacu untuk menambah portofolio investasi Tabungan Emas," ujar Yudi ketika dihubungi Republika, Senin (23/10/2023).

Dilansir dari laman resmi Pegadaian, Tabungan Emas Pegadaian adalah layanan penitipan saldo emas guna memudahkan masyarakat berinvestasi emas. Produk Tabungan Emas Pegadaian memungkinkan nasabah melakukan investasi emas secara mudah, murah, aman dan terpercaya.


Adapun keunggulan dari Tabungan Emas antara lain tersedia seluruh gerai Pegadaian dan melalui Pegadaian Digital Service, Agen Pegadaian dan Marketplace, biaya administrasi dan pengelolaan ringan, nasabah dapat melakukan transfer ke rekening Tabungan Emas mulai dari 0,1 gram, permintaan cetak emas dapat dilakukan mulai dari kepingan satu gram, dijamin karatase 24 karat, dikelola secara profesional dan transparan, harga jual dan buyback yang kompetitif, nasabah dapat melakukan buyback mulai dari satu gram, nasabah dapat melakukan pembelian Tabungan Emas (Top Up) mulai dari 0,01 gram. - PT KP Press

Sumber : republika.co.id

Jumat, 20 Oktober 2023

ANALIS MARKET (20/10/2023) : IHSG Berpotensi Bergerak Bearish

 



PT Kontakperkasa - Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, Bursa saham utama AS ditutup memerah berjamaah rata-rata 1 persen seiring para investor mencerna naiknya yield US Treasury 10 tahun, laporan keuangan perusahaan, dan statement dari Federal Reserve Chairman Jerome Powell.

CBOE Volatility Index lompat ke titik tertinggi sejak Maret lalu. Powell mengatakan bahwa bank sentral AS akan melanjutkan kebijakan moneter mereka dengan hati-hati menyusul lonjakan imbal hasil obligasi negara yang ikut andil memperketat kondisi keuangan secara signifikan, namun beliau juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat memaksa The Fed untuk lebih memperketat kebijakannya.

Pernyataan ini muncul tepat setelah data Initial Jobless Claims menunjukkan pasar tenaga kerja masih tetap kuat: klaim pengangguran mingguan ini terakhir keluar di angka 198 ribu, lebih rendah dari prediksi 212 ribu & minggu sebelumnya 211 ribu serta merupakan titik terendah dalam 9 bulan; dengan demikian menegaskan ekonomi AS yang kuat & resilient, mendorong imbal hasil Treasury 10-tahun mendekati 5% untuk pertama kalinya sejak tahun 2007.

Data Existing Home Sales (Sept.) juga menunjukkan perumahan rumah baru di bulan September meningkat 3.96 juta unit, pun lebih tinggi dari estimasi 3.89 juta; walau secara bulanan angka ini turun -2.0% mom.

Di sisi lain, Philadelphia Fed Manufacturing Index menyatakan outlook kondisi usaha masih relatif lemah untuk bulan Oktober di wilayah Philadelphia.
MARKET ASIA: Jepang melaporkan Trade Balance di bulan September berhasil surplus JPY62.4 miliar, merupakan surplus kedua kalinya dalam kurun waktu sejak September 2021 dan dalam 4 bulan terakhir; disebabkan posisi Ekspor mereka yang meningkat signifikan 4.3% yoy dari bulan sebelumnya -0.8%, namun Impor masih melambat pada -16.3% yoy. Adapun hari ini Jepang telah merilis National CPI di angka 3.0% yoy (melandai dari bulan sebelumnya 3.2%), demikian pula National Core CPI berhasil diturunkan dari 3.1% bulan Agustus menjadi 2.8% yoy di bulan September ini. Korea Selatan kembali menahan suku bunga acuan mereka di level 3.5%. Sedangkan Indonesia secara tak terduga menaikkan BI7DRR 25 bps ke level 6.0% dalam usaha Bank Indonesia menstabilkan Rupiah. Hari ini giliran China yang akan umumkan keputusan suku bunga mereka yang sedianya masih ditahan tetap di level 3.45%. Berita domestik yang kita tunggu hari ini adalah pertumbuhan Foreign Direct Investment di kuartal 3, berbanding posisi 14.2% yang telah terjadi di kuartal 2.

MARKET EROPA: tidak banyak rilis data ekonomi yang ditunggu para pelaku di penghujung minggu ini, yang penting diantaranya adalah: Retail Sales Inggris (Sept.), German PPI (Sept.).

KOMODITAS: Harga Minyak mentah dunia naik 3 hari berturut-turut dipicu oleh komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang agak mengambang dan tidak memberi kepastian akan adanya kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting 2 November mendatang. Sentimen pendukung lainnya disumbangkan oleh memburuknya perang Israel-Hamas, yang menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan produksi minyak mentah atau transportasi keluar dari Timur Tengah, meskipun belum ada tanda-tanda akan terjadinya hal tersebut. Di awal sesi, harga minyak mentah sempat turun lebih dari 1% karena Amerika Serikat memberikan keringanan enam bulan terhadap sanksi ekonomi yang dikenakan atas Venezuela, sebagai imbalan atas janji negara Amerika Selatan tersebut untuk menyelenggarakan Pemilu yang bebas dan adil. Minyak mentah WTI untuk kontrak November ditutup naik 1,5%, pada USD89,37 per barel. Seminggu ini, patokan minyak mentah berbasis New York tersebut membukukan kenaikan 0,6%. Sedangkan minyak mentah Brent untuk kontrak yang paling aktif di bulan Desember mengakhiri sesi Rabu pada USD92,38/barel, atau menguat hampir 1%. Untuk minggu ini, patokan minyak mentah global berbasis London tersebut telah melonjak 2,3%. US Dollar yang melemah juga membuat komoditas dalam mata uang AS lebih terjangkau bagi pembeli internasional non-AS. Sementara itu, Emas pun turut mempertahankan kenaikannya untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Kamis (19/10/23) karena anjloknya USD plus adanya risiko eskalasi konflik Timur Tengah. Kontrak Emas berjangka paling aktif di Comex New York, untuk bulan Desember ditutup naik atau 0,6% pada USD 1,980.50 per ounce. Dengan reli selama tiga hari, Emas telah naik lebih dari 2% pada minggu ini, menambah lonjakan pada minggu sebelumnya yang sebesar lebih dari 5%.

INDONESIA: Setelah pengumuman kejutan naiknya suku bunga BI7DRR dari Bank Indonesia ke level 6%, maka terjawab sudah kenapa IHSG terlihat ragu-ragu untuk menyebrang level Resistance krusial 6950. Para investor mempersiapkan kemungkinan terburuk keputusan BI rate di luar harapan pasar, di tengah posisi nilai tukar Rupiah yang makin tak berdaya pada IDR 15,863/USD.

Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, analis NH Korindo Sekuritas memperkirakan konsolidasi ini masih akan berlangsung setidaknya untuk menguji Support dari level previous Low sekitar 6840-6825, atau memang harus menggenapi target pattern di kisaran 6780.

Oleh karena itu, sikap Hold / Wait & See adalah yang paling tepat diterapkan di penghujung pekan ini.

“IHSG berpotensi bergerak Bearish,” sebut analsi NH Korindo Sekuritas dalam riset Jumat (20/10). - PT Kontakperkasa

Sumber : investing.com

Kamis, 12 Oktober 2023

Perang Israel vs Hamas: Warga Dunia Bisa Ikut Boncos

 


PT KP Press - Konflik antara Israel dan Palestina kembali pecah setelah terjadi serangan dari kelompok Hamas wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023). Alhasil deklarasi perang oleh Israel pada tanggal 8 Oktober pun disuarakan dan akhirnya mengguncang pasar global.
Sebagai informasi, Israel melanjutkan serangan udaranya di seluruh wilayah Gaza dan hingga kini jumlah korban tewas akibat kekerasan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas telah melampaui 1.500 orang.

Menurut layanan kesehatan Palestina dan Israel, lebih dari 900 orang tewas dan 2.600 orang terluka di Israel dan setidaknya 687 orang tewas dan 3.700 orang terluka di Gaza.

Sementara, kata para pejabat Israel pada Senin, sekitar 150 sandera Israel masih disandera oleh Hamas di Gaza. Amerika dan negara-negara lain sedang berupaya untuk menentukan berapa banyak warga negara asing yang disandera.

Peristiwa tersebut memberikan dampak pada pasar global yang dicerminkan oleh harga minyak dan emas yang lebih tinggi, penguatan dolar Amerika Serikat (AS), dan penurunan saham maskapai penerbangan merupakan beberapa dampak finansial langsung dari konflik ini, yang berpotensi mengganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.

Ketika pasar Amerika Serikat (AS) dibuka pada Senin (9/10/2023), investor bereaksi penuh semangat terhadap peristiwa bencana di Israel. Harga minyak mentah dan emas melonjak, sementara dolar AS relatif stagnan. Sejak saat itu, mereka mulai stabil.


Dilansir dari Refinitiv, pada Senin (9/10/2023), harga minyak Brent naik 4,22% dan diikuti dengan WTI yang menguat 4,33%. Sedangkan harga emas dunia terapresiasi 1,56%. Sementara dolar AS menguat tipis 0,03%.

Merujuk pada Forbes.com, banyak saham maskapai penerbangan merosot pada hari Senin, termasuk Delta, United dan American Airlines serta maskapai penerbangan Eropa seperti International Airlines Group (pemilik British Airways) dan Lufthansa. Dalam sebagian besar kasus, harga pulih pada hari berikutnya, meskipun situasi perjalanan masih fluktuatif.

Dampak Perang Timur Tengah

Perang Israel-Hamas tidak hanya akan berdampak kepada kawasan Timur tengah tetapi juga warga dunia. Terlebih, kawasan tersebut sangat strategis dalam pasar komoditas energi.

Pertama, harga bensin bisa meningkat. Kenaikan harga minyak mungkin akan menyebabkan kenaikan harga, serupa dengan apa yang terjadi setelah Rusia menyerang Ukraina. Pada tahun 1973, selama perang Arab-Israel, pemasok minyak dari Timur Tengah memutus hubungan dengan AS karena dukungannya terhadap Israel, sehingga membuat harga gas AS melonjak tinggi. Oleh karena itu, akan bijaksana jika kita berhemat bahan bakar minyak (BBM) agar mengurangi pengeluaran konsumsi BBM di tengah harga minyak yang tinggi.

Kedua, penerbangan internasional telah dibatalkan, dan gangguan jadwal mungkin terus berlanjut
Pembatalan dan penundaan penerbangan mulai terjadi di Israel dan negara sekitarnya pada akhir pekan lalu. Mungkin ada dampak tambahan bagi sebagian wisatawan, karena maskapai penerbangan membatalkan atau mengubah rute penerbangan ke wilayah yang terkena dampak.
Jika Anda memiliki rencana untuk bepergian ke Eropa dalam waktu dekat, perhatikan baik-baik penerbangan Anda. Periksa juga cakupan asuransi perjalanan Anda karena sebagian besar polis tidak akan membayar gangguan yang berkaitan dengan perang.

Ketiga, peralihan investor ke aset-aset yang lebih aman dapat memperkuat dolar AS dan emas.

Perburuan pada Senin pagi (9/10/2023) terhadap komoditas safe-haven lama seperti emas dan dolar AS telah stabil. Sebagian besar investor tampaknya berada dalam pola bertahan setelah pasar awalnya bereaksi terhadap berita Israel, yang mengindikasikan bahwa tidak perlu terburu-buru. Namun, jika pergerakan serupa terus terjadi di masa depan, ada kemungkinan dolar akan menjadi terlalu kuat, sehingga membuat biaya ekspor Amerika menjadi terlalu mahal bagi pembeli asing. - PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com

Selasa, 10 Oktober 2023

Wall Street Merana Akibat Perang Israel-Hamas!

 


PT Kontakperkasa -  Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street dibuka kompak di zona merah pada perdagangan Senin (9/10/2023) akibat tekanan dari konflik mematikan Israel-Hamas, diperparah inflasi dan tingginya suku bunga.
Dow Jones dibuka terkoreksi 0,17% di posisi 33.350,06, sementara S&P 500 melemah 0,47% di posisi 4.288,22, begitu juga dengan Nasdaq turun 0,98% diposisi 13.229,46.

Konflik Israel-Palestina memanas pada hari Sabtu setelah kelompok militan Hamas melancarkan invasi, yang tampaknya mengejutkan Israel. Lebih dari 700 warga Israel tewas dalam apa yang disebut Hamas sebagai Operasi Banjir Al Aqsa, dan setidaknya 490 warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel di Jalur Gaza. Sebagai informasi, Hamas adalah kelompok perlawanan Israel yang didukung oleh Iran dan telah memerintah Jalur Gaza sejak 2007.

Meningkatnya ketegangan geopolitik yang disebabkan oleh konflik tersebut dapat berdampak pada pasar energi, dan beberapa ahli memperkirakan akan terjadi "lonjakan mendadak" pada harga minyak. Meningkatnya ketegangan juga dapat memicu volatilitas lebih lanjut di pasar yang membuat pelaku pasar khawatir akan inflasi yang terus berlanjut dan suku bunga yang lebih tinggi.

Melansir CNBC International, Minyak mentah berjangka WTI naik 3,8% pada Senin, diperdagangkan di atas US$ 85 per barel. Meski pasar secara keseluruhan terkoreksi, Perusahaan pertahanan dan minyak besar melonjak di tengah serangan itu. Saham Lockheed Martin dan Northrop Grumman Corp melesat masing-masing 4,9% dan 3,6%, dalam perdagangan pra-pasar.

Harga minyak mengalami rebound, pasca kejatuhan yang terjadi pekan lalu. Minyak mentah Brent tergelincir sekitar 11% dan West Texas Intermediate (WTI) AS mencatat penurunan sebesar 8%.

Meskipun Israel dan Palestina bukanlah pemain utama dalam sektor energi global, kedua negara tersebut berlokasi di kawasan penting untuk produksi minyak yang dapat mempunyai implikasi lebih luas.

OPEC+, kartel minyak yang mencakup Rusia yang bukan anggota OPEC, akan tetap berhati-hati dalam setiap langkah untuk memperluas produksi minyak lebih lanjut dan mengubah rencana pengurangan, kata Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada CNBC pada hari Minggu.

Di sisi lain, tekanan bursa saham terjadi seiring dengan imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi dalam 16 tahun pada awal minggu ini. - PT Kontakperkasa

Sumber : cnbcindonesia.com

Jumat, 06 Oktober 2023

Ramalan Orang Ini Benar, AS Kini Bikin Dunia Kacau Balau

 


PT KP Press - Pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia kacau balau dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini tidak terlepas dari situasi Amerika Serikat (AS) dan kebijakan Bank Sentral Federal Reserve (Fed) yang terus menaikkan suku bunga acuan.
"Tiba-tiba dua hari yang lalu salah satu board membernya menyampaikan ini inflasi masih tinggi di atas, kita melihat nampaknya The Fed harus pertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama," kata Destry di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (4/10/2023).

Penyebab berubahnya arah kebijakan The Fed ini menurut Destry karena adanya indikasi inflasi masih akan terus tinggi disebabkan harga minyak yang terus meninggi hingga tawaran upah yang juga tinggi, khususnya di sektor jasa yang tengah berkembang di negara itu karena terbatasnya tenaga kerja di sektor itu.

Akibatnya, pelaku pasar masih banyak yang memperkirakan akan ada kelanjutan kenaikan Fed Fund Rate ke depan. Bagi Indonesia, sentimen ini menurut Destry makin buruk lantaran jika The Fed merealisasikan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate pada November 2023 sebesar 25 basis poin.

"Gara-gara itu semuanya heboh, panik, akibatnya DXY, dolar index naik 107, lebih parahnya lagi bond yieldnya US Treasury 10 tahun naik ke 4,7%, itu the highest ever since 2007. Apa yang terjadi? Market kita ikut bergerak, sehingga bond yield kita ikut naik, rupiah kita mulai tertekan," tegas Destry.

Indeks dolar AS (DXY) pun turut merespon dengan mengalami penguatan belakangan ini yang berujung tertekannya mata uang Garuda. Indeks dolar AS (DXY) pada Jumat (6/10/2023) pukul 08.55 WIB, berada di posisi 106,41 atau naik 0,08% jika dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (5/10/2023) yang berada di posisi 106,33.

Sebagai catatan, perangkat CME FedWatch menunjukkan 20,4% pelaku pasar meyakini terjadinya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sementara 33% pelaku pasar meyakini kenaikan tersebut terjadi di bulan Desember 2023.

Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun terbang ke level tertingginya dalam 16 tahun terakhir. Imbal hasil US Treasury 10 tahun (US10YT=RR) naik 6,9 basis poin (bps) menjadi 4,8% pada Selasa (3/10/2023). Level tersebut adalah yang tertinggi sejak awal Agustus 2007 atau tepat sebelum krisis keuangan global.

Christopher Andre Benas Head of Research BCA Sekuritas dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, menyatakan hal ini yang menjadi penyebab nilai tukar rupiah melemah. Padahal fundamental perekonomian sangat baik.

"Fundamental sih level segini gak menggambarkan fundamental, karena ekonomi Indonesia sangat baik, trade balance, CAD (current account deficit) masih oke. Jadi sebenarnya menurut saya Indonesia masih sangat baik," ungkapnya.

Hal yang senada diungkapkan oleh Ralph Birger Portiray Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega. Dia menambahkan hampir seluruh mata uang dunia bertekuk lutut terhadap dolar AS. Bahkan dilihat dari pergerakan awal tahun, level rupiah sekarang masih cukup wajar.

"Walaupun rupiah ada depresiasi cukup signifikan, tetapi depreasiasi itu masih dalam tahap yang wajar, karena performance rupiah masih dalam range yang diperkirakan. Rp15.600/US$ bukan sesuatu yang aneh," terang Ralph.

Ramalan Joseph Stiglitz
Ekonom Amerika Serikat peraih penghargaan nobel di bidang ekonomi Joseph Stiglitz mengungkapkan bank sentral Amerika Serikat, yaitu The Federal Reserve (The Fed) salah mendiagnosa penyebab kenaikan inflasi di negaranya.

Kesalahan diagnosa terhadap inflasi itu membuat The Fed terus menaikkan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) secara cepat dan bertengger di level yang tinggi untuk jangka waktu panjang. Tujuannya untuk meredam permintaan agregat.

"Menaikkannya terlalu cepat, dan terlalu jauh, menunjukkan kesalahan diagnosa. Mereka meyakini bahwa inflasi ini hasil dari agregat demand yang kuat," ujar Stiglitz dalam program Money Talks CNBC Indonesia.

Ketimbang disebabkan permintaan agregat yang kuat, Stiglitz menganggap, inflasi yang tinggi di Amerika Serikat cenderung disebabkan masalah pasokan (supply side). Sebab, pasokan barang dan jasa memang tengah terganggu di duni akibat masa Pandemi Covid-19 dan perang Ukraina-Rusia.

Ia mencontohkan, sejak pandemi dan akibat perang Ukraina-Rusia, dunia tengah menghadapi kurangnya pasokan chip untuk kendaraan, akibatnya harga kendaraan tinggi beberapa waktu lalu. Namun, di beberapa negara cara meredamnya bukan menaikkan suku bunga acuannya. "Harga mobil jadi teratasi. Harga minyak turun dari US$120 menjadi US$80. Dan dan tentu saja harga-harga yang tinggi itu ada harganya yang diterjemahkan ke dalam inflasi inti, tapi sistemnya stabil," ucap Stiglitz.

Oleh sebab itu, ia menekankan, cara mengendalikan inflasi yang disebabkan pasokannya yang terganggu tidak bisa memanfaatkan metode kenaikan suku bunga acuan yang hanya mematikan ekonomi karena mengurangi permintaan, karena pasokannya yang bermasalah. "Tidak ada alasan untuk mematikan perekonomian. Itu tidak akan sepadan dengan keuntungannya. Kita sebenarnya bisa menaikkan upah pekerja tanpa menyebabkan inflasi yang besar," tuturnya.

Ia pun mengaku sangat menentang pernyataan The Fed yang masih ingin menaikkan angka pengangguran hanya demi meredam angka inflasi di negara itu. Menurutnya, itu hanya akan merugikan AS dan negara-negara lain dan The Fed tidak bisa terus menerus hanya menggunakan kebijakan suku bunga untuk meredam inflasi. "Saya sangat kritis terhadap pernyataan The Fed yang ingin meningkatkan angka pengangguran. Tentu saja, hal ini selalu mempunyai dampak global di luar AS," tegas Stiglitz.

Aksi Fed membuat pasar keuangan dunia bergejolak. Mata uang berjatuhan dan mengakibatkan banyak negara kesulitan untuk mendapatkan utang dengan harga yang terjangkau. Bagi negara yang tidak kuat, maka harus siap menerima krisis keuangan. - PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com