PT Kontak Perkasa - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah menyebut banyak faktor yang menyebabkan babi hutan masuk ke permukiman, menyerang, bahkan membunuh manusia. Salah satu faktor yang bisa jadi penyebabnya yakni datangnya musim kemarau.
"Seperti faktor alam masuk musim kemarau. Bisa juga persaingan antar kelompok babi hutan (saat) mencari pakan. Persaingan antar kelompok babi hutan, dimana ada induk jantan yang tersisih, dia akan mencari wilayah baru," kata Koordinator Polisi Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang-Cilacap Resor Konservasi Wilayah Cilacap, Endi Suryo Heksianto saat dihubungi wartawan, Kamis (4/7/2019).
Selain itu, terusiknya wilayah babi hutan saat masyarakat mulai menggarap lahan hingga sekitar kawasan hutan juga menjadi salah satu penyebab babi hutan turun ke perkampungan. Bahkan bisa membuat babi menyerang warga yang tengah berladang seperti yang terjadi saat ini.
"Masalah perkembangan kebutuhan lahan bagi masyarakat yang lahannya semakin mendekati kawasan hutan juga diduga menjadi penyebabnya. Kemudian minimnya predator di alam yang mulai menurun, sehingga jumlah babi hutan (terus) meningkat," ujarnya.
Dia menjelaskan babi hutan bukan termasuk hewan yang dilindungi, sehingga jika sudah meresahkan boleh diburu.
Saat disinggung terkait populasi babi hutan yang ada di lereng selatan Gunung Slamet, pihaknya mengaku tidak mengetahui secara pasti. Pasalnya belum pernah ada penelitian yang dilakukan untuk mendata populasi babi hutan yang berada di sekitar lereng Gunung Slamet.
Namun demikian, untuk mengantisipasi serangan babi hutan dia meminta warga untuk terus mengadakan siskamling sambil membunyikan suara-suara yang bisa membuat babi hutan tidak berani mendekati perkampungan.
"Solusi jangka pendek berupa siskamling, berupa membunyikan suara-suara yang bisa membuat babi hutan terganggu," ungkapnya. - PT Kontak Perkasa
"Seperti faktor alam masuk musim kemarau. Bisa juga persaingan antar kelompok babi hutan (saat) mencari pakan. Persaingan antar kelompok babi hutan, dimana ada induk jantan yang tersisih, dia akan mencari wilayah baru," kata Koordinator Polisi Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Seksi Konservasi Wilayah II Pemalang-Cilacap Resor Konservasi Wilayah Cilacap, Endi Suryo Heksianto saat dihubungi wartawan, Kamis (4/7/2019).
Selain itu, terusiknya wilayah babi hutan saat masyarakat mulai menggarap lahan hingga sekitar kawasan hutan juga menjadi salah satu penyebab babi hutan turun ke perkampungan. Bahkan bisa membuat babi menyerang warga yang tengah berladang seperti yang terjadi saat ini.
"Masalah perkembangan kebutuhan lahan bagi masyarakat yang lahannya semakin mendekati kawasan hutan juga diduga menjadi penyebabnya. Kemudian minimnya predator di alam yang mulai menurun, sehingga jumlah babi hutan (terus) meningkat," ujarnya.
Dia menjelaskan babi hutan bukan termasuk hewan yang dilindungi, sehingga jika sudah meresahkan boleh diburu.
Saat disinggung terkait populasi babi hutan yang ada di lereng selatan Gunung Slamet, pihaknya mengaku tidak mengetahui secara pasti. Pasalnya belum pernah ada penelitian yang dilakukan untuk mendata populasi babi hutan yang berada di sekitar lereng Gunung Slamet.
Namun demikian, untuk mengantisipasi serangan babi hutan dia meminta warga untuk terus mengadakan siskamling sambil membunyikan suara-suara yang bisa membuat babi hutan tidak berani mendekati perkampungan.
"Solusi jangka pendek berupa siskamling, berupa membunyikan suara-suara yang bisa membuat babi hutan terganggu," ungkapnya. - PT Kontak Perkasa
Sumber : detik.com