Senin, 10 Juni 2019

Tempuh 11 Jam dari Jakarta ke Cirebon Karena Terimbas One Way


PT Kontak Perkasa - Bobby, warga Cirebon, Jawa Barat, mengaku pasrah ketika ruas Tol Jakarta arah Cikampek dialihkan ke jalur arteri lantaran rekayasa lalu lintas one way arah Jakarta. Pada Minggu (9/6) pagi, Bobby bertolak dari Jakarta ke Cirebon usai libur lebaran bersama anaknya di Jakarta.

"Saya tahunya one way itu diberlakukan pukul 12.00 sampai 24.00. Makanya saya jalan pagi, pukul 07.00 WIB saya sudah masuk Tol Grogol. Perjalanan dari Grogol lancar sampai Bekasi. Di KM 35 Tol Cikarang, semua kendaraan dari Jakarta dibuang ke arteri karena akan ada one way," ujar Bobby, Senin (10/6/2019).

Bobby mengatakan, untuk keluar dari jalan tol ke jalan arteri saja butuh waktu satu jam karena panjangnya antrean kendaraan. Saat mengaspal di jalan arteri, dia kembali terhambat kemacetan.

"Saya mencari jalan pintas menggunakan maps, saya ikuti jalan-jalan kecil seperti yang diarahkan maps. Masuk persawahan, jalan kampung, sampai jalan yang seharusnya hanya dilewati motor. Akhirnya saya putar balik, itu pun harus numpang di pekarangan rumah warga karena jalannya sangat sempit," cerita Bobby.

Bobby mengaku menghabiskan waktu selama 5 jam untuk sampai di Karawang. Sesampainya di Karawang, kondisi lalu lintas yang padat masih harus dihadapinya untuk bisa mencapai Cikampek. Bobby mengeluhkan strategi lalu lintas yang dilakukan kepolisian karena menurutnya menyiksa pengendara yang terkena imbas one way.

"Di Cikampek itu kan stuck banget. Untuk sampai Cikampek, macet lagi, butuh tiga jam. Harusnya jangan langsung dibuang di satu pintu tol kendaraan-kendaraan yang dari Jakarta itu. Polisi harusnya tahu kalau mau ditutup untuk one way, pengendara yang dari Jakarta dibuang di beberapa pintu tol sebelum KM 35, jangan berbarengan dikeluarin di satu pintu tol. Ya jadinya numpuk. Kalau ada 1.000 mobil dibuang di pintu tol yang sama, ya pasti macetlah. Ini pengendara dari Jakarta disiksa untuk yang arus balik," ujarnya.

Bobby menjelaskan sebelum keluar tol, dia sempat melihat kondisi lalu lintas di jalur yang digunakan untuk one way dan katanya tak terlalu ramai kendaraan. "Harusnya dibuat contraflow saja. Sisakan satu lajur atau dua lajur untuk pengendara dari Jakarta," imbuh dia.

Satu lagi, Bobby mengeluhkan sedikitnya petugas dari kepolisian di pintu keluar tol dan tidak nampaknya polisi di jalan yang menjadi akses antara tol dan arteri. Padahal jika ada polisi, menurut Bobby, pengendara dapat bertanya agar tidak tersesat.

"Polisinya saya lihat sedikit di Tol Cikarang, cuma satu atau dua orang. Mungkin mereka juga kewalahan, sudah tahu di Cikarang sangat ruwet. (Di jalur arteri) saya lihat ada polsek, tapi polsek nya kosong. Kalau ada polisi setidaknya kita bisa tanya 'Pak ini jalan sawah, kita keluarnya ke mana ya?', kalau ada polisi kan kita lebih nyaman," tandas Bobby.

Bobby akhirnya sampai di rumahnya, Cirebon, Jawa Barat pukul 18.00 WIB. Jika ditotal, Bobby menghabiskan waktu 11 jam perjalanan sejak pukul 07.00 WIB saat berangkat dari Jakarta.

"Bayangkan 11 jam Jakarta le Cirebon. Sebelumnya tidak pernah seperti ini," tutup dia. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Selasa, 04 Juni 2019

Polri Ungkap Alasan Pelaku Ledakkan Diri di Pospol Kartasura


PT Kontak Perkasa - Polisi menyatakan Rofik Asharuddin (RA) beraksi sendiri atau lone wolf saat melakukan upaya bom bunuh diri di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Polisi mengungkap alasan pelaku menyerang pos polisi.

"Ya kebetulan pelakunya tidak terlalu jauh dari tempat tersebut kemudian," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Brigjen Dedi Prasetyo saat dihubungi, Selasa (4/6/2019).

Selain itu, lanjut Dedi, kelompok teroris juga menjadikan polisi sebagai sasaran utama. Sebab polisi selama ini menindak jaringan teroris di Indonesia.

"Kenapa polisi, ya sasaran utama dari kelompok teroris untuk melakukan amaliyahnya itu thogut, thogut itu (disebut pelaku) polisi,
dalam hal ini karena polisi sudah sekian lama melakukan upaya penangkapan tindakan penegakan hukum terhadap jaringan teroris di Indonesia," ujarnya.

Namun, polisi belum memastikan jaringan pelaku. Polisi masih mendalami apakah pelaku masuk dalam jaringan yang terorganisir atau hanya sel tidur dari ISIS.

"Aksinya masih lone wolf. Cuma untuk jaringannya apakah dia masuk dalam jaringan terstruktur atau dia sleeping sel dari ISIS aja, itu masih kita dalami," kata Dedi.

Ledakan di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, terjadi sekitar pukul 22.30 WIB, Senin (3/6). Diduga pelaku bom bunuh diri itu langsung dibawa ke rumah sakit terdekat.

Dari keterangan saksi, diketahui seseorang berjalan menuju pos pengamanan Kartasura. Orang tersebut memakai kaus warna hitam dan celana jins. Tiba-tiba sekitar pukul 22.30 WIB, Senin (3/6), terjadi ledakan. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Senin, 03 Juni 2019

Juliana Moechtar Kenang Herman 'Seventeen' dan Kebiasaan Video Call ke Makam


PT Kontak Perkasa Futures - Ramadhan pertama untuk Juliana Moechtar tanpa kehadiran sang suami, Herman 'Seventeen' memang tak mudah. Herman menjadi salah satu korban meninggal saat terjadinya tsunami Banten.
Senin (3/6/2019) Juliana menceritakan masih sangat teringat di kepalanya bagaimana keseruan keluarganya bersama Herman 'Seventeen' saat Ramadhan. Basist Seventeen itu adalah yang paling sibuk menjelang buka puasa.

"Iya pasti keingat banget apalagi pas buka puasa biasanya dia yang paling sibuk banget, beli takjil, bukaan, saya masak. Dia jam 4 udah keluar cari bukaan. Pas di rumah dia suara paling besar bilang, 'Hun ini udah beli es kelapa, gorengan.' Dia yang nata-nata," cerita Juliana Moechtar.

"Pas lagi sahur pasti dia yang sering bangunin. Dia tuh nggak pernah ribet soal bukaan dan sahur. Kalau ada apa-apa pasti kita beli di luar," ungkapnya.

Finalis Puteri Indonesia 2010 itu menuturkan setelah dua minggu lebih pasti dia mulai malas untuk masak makanan sahur. Herman 'Seventeen' pun tetap mau sahur meski hanya makan mi.

Sekarang saat waktu sahur tiba, Juliana sering kali tidak sahur. Dia lebih sering mengonsumsi roti sebelum tidur dan minum saja.

"Karena nggak ada teman. Sedih sih, tapi ya udahlah harus ikhlas," ungkapnya.

Dua anaknya yang masih kecil, Hafuza Dhamiri Herman dan Hisyam Quraisy Herman memang belum berpuasa, tapi mereka sudah sangat ngerti sang ayah telah tiada. Ada kebiasaan Juliana dan anak-anak ngobrol dengan makam Herman 'Seventeen'.

"Anak-anak tahu memang papanya nggak ada terus kalau ngomong (seolah) papanya masih ada. Kayak makan, misalnya kalau tiba-tiba kangen kita video call," tutur Juliana.

Video call tentu bukan ke Herman langsung, tapi ke adik ipar Juliana. Herman dimakamkan di belakang rumah di Tidore, dan adik iparnya punya kebiasaan makan di belakang rumah.

"Jadi kita video call, video call-nya sama kuburan jadi itu hal biasa. Jadi mereka kalau video call yang, 'Papa Uja tadi...' teriak gitu, cerita," kata Juliana.

"Jadi kayak hal papanya sudah nggak ada dimakamkan di sana jadi kalau lagi kangen anak yang pertama bilang, 'Kapan ya ke Tidore lagi mama ketemu papa'. Mereka udah ngerti banget, kalau nggak bisa ke sana ya video call atau apa udah hal biasa," pungkasnya.

Ada kalanya dua anaknya menangis tiba-tiba saat sedang bercanda. Tangisan itu menurut Juliana Moechtar bukan karena kehilangan, akan tetapi karena mereka kangen dengan makam sang ayah, Herman 'Seventeen'. - PT Kontak Perkasa Futures

Sumber : detik.com

Jumat, 31 Mei 2019

Pantau Rumah Lewat CCTV saat Mudik, Berapa Biayanya?


PT Kontak Perkasa - Sebelum berangkat mudik pastikan rumah terjaga dengan baik. Kunci seluruh akses masuk rumah, jika perlu pasang CCTV.

Saat ini CCTV sudah menjadi andalan banyak orang untuk memantau kondisi rumahnya. Apalagi lagi saat ini CCTV bisa terhubung langsung dengan smartphone.

CCTV bukan lagi barang mewah yang hanya bisa dibeli oleh orang kaya saja. Penjualan juga melimpah. CCTV bisa ditemukan di pusat-pusat elektronik seperti Glodok, Plaza Kenari Mas, ataupun dibeli secara online.

Dedy Tandeas misalnya, dia menjajakan beragam CCTV melalui website juga di dua toko yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Produk CCTV yang dijual pun beragam harganya.

Dedy menjual CCTV mulai dari Rp 3,5 juta hingga Rp 20 juta per paket. Tergantung merek dan kualitasnya.

"Kalau yang Rp 20 juta itu, kameranya sudah 8 MP dan sudah darkfighter. Kalau yang biasakan saat malam hanya infrared jadi warnanya hitam putih. Kalau yang ini walaupun cahaya sedikit tetap terang dan berwarna," terangnya, Jumat (31/5/2019).

Untuk keperluan pengamanan rumah, menurut Dedy cukup dengan CCTV dengan harga kisaran Rp 3,5 juta sampai Rp 8 juta.

Paket tersebut sudah termasuk 1 unit DVR 4 channel, 1 unit hardisk, 4 kamera, dan peralatan lainnya seperti kabel dan power supply. Biaya itu juga termasuk ongkos instalasi.

TV Shop CCTV juga menjual produk dengan harga yang relatif sama. Namun penjualan CCTV online ini menyediakan paket diskon Rp 2,9 juta yang berisi 2 kamera, DVR 4 channel, HD 500 GB, kabel 20 m dan adaptor.

"Kami menjual per paket saja," kata Marketing TV Shop CCTV Rizal. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Rabu, 29 Mei 2019

Pemudik Mulai Melintas di Jalur Cileunyi-Nagreg


PT Kontak Perkasa - Kendaraan pemudik mulai melintas di jalur selatan Cileunyi-Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Pantauan detikcom, Rabu (29/5/2019) sekitar Pukul 07.00 WIB, pemudik yang menaiki kendaraan roda dua dan roda empat berplat nomor Jakarta, Bogor dan lainnya sudah melintas di jalur ini.

Belum terjadi lonjakan volume kendaraan. Kendaraan pemudik dari arah Bandung menuju Garut berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

"Sekarang belum terlalu ramai, masih landai," kata Kasatlantas Polres AKP Hasby di Nagreg.

Hasby mengimbau kepada para pemudik yang akan pulang kampung melintasi jalur selatan Cileunyi-Nagreg agar tetap berhati-hati dan pastikan kondisi kendaraan dalam kondisi baik.

"Imbauannya agar berhati-hati dalam berkendara, apabila perjalanan cukup jauh agar menepikan kendaraannya di restoran area yang ada di sepanjang Jalan Cileunyi-Nagreg," ungkapnya.

Menurutnya, istirahatkan kendaraan sejenak bila sudah berjalan jauh di rest area yang ada di Jalur Cileunyi-Nagreg untuk menghindari kerusakan kendaraan.

"Istirahatkan kendaraan untuk menghindari over hit mesin kendaraan. Cek betul kondisi kendaraan, karena pada saat pemudik melintas di Jalan Nagreg ada yang menanjak ada yang menurun jalannya. Harus betul-betul dimanage," pungkasnya.
"Saya tidak mengira bisa sampai seperti ini. Ada pernyataan maaf saya, ayo kita kembali damai tenang intinya untuk bahan diskusi," kata Dodi.

Dodi mengaku unggahannya itu bukan untuk menyerang institusi Polri. Dia menyebut, unggahan itu untuk bahan diskusi sesama pengguna Facebook.

"Sebetulnya yang saya posting itu bukan murni saya ketik. Itu copas (copy paste) dari grup lain. Saya copas karena ada rujukan, jadi intinya saya tidak buat sendiri karena ada rujukan dari medsos lain untuk dijadikan bahan diskusi," kata Dodi.

Pihak RSHS membenarkan Dodi yang diketahui juga merupakan seorang pegawai negeri sipil (PNS) bekerja di RSHS. Sejauh ini, RSHS mengambil sikap menunggu hasil penyidikan Polda Jabar.

"Sikap RSHS menunggu nanti dari polda seperti apa, kita misalnya ada pemanggilan, kita bersedia dipanggil untuk klarifikasi kepegawaian atau apa ya kita sebatas itu saja," ujar Kasubbag Humas dan Protokoler Renny Meysuburiyani.

Soal sanksi terhadap Dodi, pihak RSHS tengah membahasnya. Renny mengaku tengah menggelar rapat internal mengenai langkah selanjutnya.

"Kita ada komisi etik. Nanti dibahas di sana. Nanti masalah sanksi dibahas, kita juga masih nunggu kelanjutannya gimana," ujar Renny. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Selasa, 28 Mei 2019

Belum Mau Bicara, Tata Janeeta Minta Dihargai soal Keputusan Cerai


Kontak Perkasa Futures - Setelah menggugat cerai Mehdi Zati, Tata Janeeta belum memberikan keterangan apapun. Sampai sekarang dia masih memilih diam.

Tata Janeeta terlihat menghadiri acara 'The Miracle Garden', di The Sultan Hotel & Residence Jakarta, Jalan Jendral Gatot Subroto, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin. Saat ditanya soal rumah tangga yang di ujung tanduk, Tata Janeeta belum mau membuka ceritanya.

"Nanti ya nanti, nanti saya akan bicara. Nanti aja ya, awas nanti kalian jatuh," kata Tata Janeeta berusaha menghindari wartawan.

"Sudah nanti saja, nanti ada waktunya saya bicara," tukasnya lagi.

Mantan personel Dewi Dewi itu meminta pilihannya dihargai. Di bulan Ramadhan ini, Tata mengaku ingin beribadah.

"Gini ya, intinya saya lagi ibadah. Tolong hargain dong, nanti ada waktunya saya bicara," tegas Tata Janeeta.

Tata Janeeta menggugat cerai Mehdi Zati ke Pengadilan Agama Jakarta Barat. Ini bukan perpisahan mereka yang pertama.

Pada tahun 2017 Tata mengaku ditalak Mehdi dalam pernikahan siri mereka. Rujuk lagi, akhirnya Tata Janeeta dan Mehdi meresmikan pernikahannya secara agama dan negara pada 26 Mei 2018. - Kontak Perkasa Futures

Sumber : detik.com

Senin, 27 Mei 2019

Gerindra Bandingkan Anies dengan Jokowi soal Kritik, PDIP: Nggak Kompatibel


PT Kontak Perkasa - Partai Gerindra membandingkan ucapan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal tak tangkap pengkritiknya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut PDIP, perbandingan antara Anies dengan Jokowi tak kompatibel.

"Nggak kompatibel bandinginnya," kata Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP, Eva Kusuma Sundari, Senin (27/5/2019).

Eva mengatakan Jokowi juga diam saja saat dikritik atau bahkan difitnah. Menurutnya, pihak yang ditangkap polisi itu bukan karena mengkritik Jokowi, tapi terkait dugaan penyebaran berita bohong atau hoax.

"Pak Jokowi juga diam saja dikritik dan dihina Fahri Hamzah dan Fadli Zon, plonga-plongo, boneka dan lain-lain. Yang lagi ditangkapin itu bukan kritik, tapi kan kena pasal hate speech, hoax dan penghasutan yang bahaya (ITE) dan polisi pakai fakta dan bukti sehingga dilakukan penangkapan," ujarnya.

Gerindra, kata Eva, salah paham. Dia pun menyebut Anies memang dikritik bukan difitnah seperti dituduh PKI, diancam dibunuh atau yang lainnya.

"Jadi Gerindra salah paham, kritik nggak bisa dipidana dan Anies memang dikritik bukan difitnah dituduh PKI, diancam bunuh, dan lainnya. Kedua, jangan lupa Pak Anies Baswedan bukan kepala negara atau pemerintahan, jadi bukan simbol negara. Dia pejabat negara kayak aku, meski aku difitnah PKI dan agen vatikan tapi saya bukan simbol negara. Kalau mau minta keadilan ya harus lapor ke polisi," jelasnya.

Sebelumnya, Gerindra memuji Anies yang mengatakan tak pernah menangkap orang yang mengkritik dirinya selaku pejabat. Pernyataan Anies itu kemudian dibandingkan Gerindra dengan Jokowi.

"Oh iya betul, Anies nggak pernah begitu. Emang Pak Jokowi, orang semua ditangkap-tangkapin, bentar-bentar semua ditangkapin. Nggak boleh gitu," kata Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria, Minggu (26/5) malam.

Menurut Riza, kritik merupakan risiko yang harus diterima sebagai pejabat publik. Dia pun menilai petisi yang kembali viral soal permintaan agar Anies diberhentikan sebagai Gubernur DKI adalah hal yang mengada-ada.

Anies sendiri menyatakan terbuka terhadap kritik. Ia menegaskan tidak akan menangkap orang yang mengkritiknya.

Awalnya, Anies ditanya soal kemunculan petisi online yang meminta agar dia dicopot dari jabatan Gubernur DKI Jakarta. Dalam petisi yang dibuat 'Opini Kamu', Anies disebut telah gagal memimpin DKI Jakarta. Pembuat petisi meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Mendagri Tjahjo Kumolo segera memanggil dan memecat Anies. Petisi itu dibuat sejak 10 bulan lalu.

Dia kemudian mencontoh sikapnya saat mendapat kritik. Dia mengaku tidak pernah meminta agar pengkritiknya ditangkap.

"Kalau ada yang mengkritik nggak usah ditangkep. Saya nggak pernah menangkap orang yang mengkritik saya. Sama sekali," tutur Anies. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com