PT KP Press - Mudik saat wabah virus Corona menjadi polemik. Pemudik pun diingatkan risiko besar yang menunggu sejak di perjalanan hingga di tempat tujuan.
Wilayah Jakarta dan sebagian Jawa Barat masuk kategori zona merah virus Corona. Padahal, dari dua wilayah itu pula pemudik diperkirakan paling banyak berangkat ke daerah lain.
Bukan tidak mungkin, pemudik itu pulang ke daerah asal yang memang belum terpapar COVID-19. So, kedatangan perantau di daerah tujuan bisa jadi menjadi petaka. Terlebih, di daerah tujuan biasanya menjadi tempat tinggal lansia, padahal lansialah yang lebih mudah terinfeksi virus Corona.
Wilayah Jakarta dan sebagian Jawa Barat masuk kategori zona merah virus Corona. Padahal, dari dua wilayah itu pula pemudik diperkirakan paling banyak berangkat ke daerah lain.
Bukan tidak mungkin, pemudik itu pulang ke daerah asal yang memang belum terpapar COVID-19. So, kedatangan perantau di daerah tujuan bisa jadi menjadi petaka. Terlebih, di daerah tujuan biasanya menjadi tempat tinggal lansia, padahal lansialah yang lebih mudah terinfeksi virus Corona.
"Kalau kita perhatikan, mereka yg ODP memang kebanyakan anak muda, tapi kemudian ketika menjadi PDP mereka adalah orang tua," kata kata peneliti Lembaga Demografi UI & Ketua Bidang Mobilitas dan Sebaran Penduduk IPADI, Chotib Hasan, dalam webinar dengan media, Rabu (15/4/2020).
Merujuk tahun-tahun sebelumnya, mayoritas pemudik menggunakan moda transportasi umum, bus atau travel, kereta api, kemudian diikuti dengan kendaraan roda empat milik pribadi, kendaraan roda dua. Menurut Chotib, seluruh moda itu tak menutup risiko pemudik terpapar virus Corona.
"Ini semuanya ada tingkat keterpaparan tinggi apalagi bus ada keterpaparan, naik kendaraan roda empat pun ada keterpaparan. Meskipun, saat sekarang ada peraturan jaga jarak," ujar Chotib.
"Kemudian kereta api ini apalagi sangat massal, roda dua pun sangat berdempetan, berboncengan. Jadi, apapun yang digunakan mereka memiliki keterpaparan terhadap penyebaran COVID-19," dia menambahkan.
Selain itu, waktu keberangkatan pemudik saat menjelang Ramadan atau mudik saat Lebaran yang dilakukan dalam satu periode bakal sulit untuk menjalankan jaga jarak. Biasanya pemudik pulang di h-3 dan h-1 lebaran dan masih ramai saat hari pertama lebaran.
"Lebaran kan tanggal 24-25 (Mei). Kalau tidak ada intervensi sekitar 22-23 Mei atau ada juga yang h-3 dan h-4 mulai dari 17 Mei dan seterusnya ini menjadi tanggal-tanggal yang jadi perhatian dalam pelaksanaan mudik tersebut," kata Chotib.
Kemudian, saat berada di tempat tujuan, biasanya pemudik akan menghabiskan waktu tujuh hari atau mungkin dua minggu. Selama berada di sana, pemudik akan bertemu kerabat dan sanak saudara.
"Potensi keterpaparan sangat tinggi, di titik keberangkatan, perjalanan dan daerah tujuan perlu sama sama antar pemerintah asal mudik dan tujuan mudik untuk sama-sama menahan, menahan untuk tidak berangkat dan menahan untuk masuk, penahanan dari kedua pihak," kata Chotib. - PT KP Press
Merujuk tahun-tahun sebelumnya, mayoritas pemudik menggunakan moda transportasi umum, bus atau travel, kereta api, kemudian diikuti dengan kendaraan roda empat milik pribadi, kendaraan roda dua. Menurut Chotib, seluruh moda itu tak menutup risiko pemudik terpapar virus Corona.
"Ini semuanya ada tingkat keterpaparan tinggi apalagi bus ada keterpaparan, naik kendaraan roda empat pun ada keterpaparan. Meskipun, saat sekarang ada peraturan jaga jarak," ujar Chotib.
"Kemudian kereta api ini apalagi sangat massal, roda dua pun sangat berdempetan, berboncengan. Jadi, apapun yang digunakan mereka memiliki keterpaparan terhadap penyebaran COVID-19," dia menambahkan.
Selain itu, waktu keberangkatan pemudik saat menjelang Ramadan atau mudik saat Lebaran yang dilakukan dalam satu periode bakal sulit untuk menjalankan jaga jarak. Biasanya pemudik pulang di h-3 dan h-1 lebaran dan masih ramai saat hari pertama lebaran.
"Lebaran kan tanggal 24-25 (Mei). Kalau tidak ada intervensi sekitar 22-23 Mei atau ada juga yang h-3 dan h-4 mulai dari 17 Mei dan seterusnya ini menjadi tanggal-tanggal yang jadi perhatian dalam pelaksanaan mudik tersebut," kata Chotib.
Kemudian, saat berada di tempat tujuan, biasanya pemudik akan menghabiskan waktu tujuh hari atau mungkin dua minggu. Selama berada di sana, pemudik akan bertemu kerabat dan sanak saudara.
"Potensi keterpaparan sangat tinggi, di titik keberangkatan, perjalanan dan daerah tujuan perlu sama sama antar pemerintah asal mudik dan tujuan mudik untuk sama-sama menahan, menahan untuk tidak berangkat dan menahan untuk masuk, penahanan dari kedua pihak," kata Chotib. - PT KP Press
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar