Rabu, 30 Desember 2020

Pembiayaan Utang APBN 2020 Bengkak 140 Persen karena Corona

 


Kontak Perkasa Futures - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mencatat pembiayaan utang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mencapai Rp1.065,1 triliun per 30 November 2020. Realisasinya bengkak 140,2 persen dibanding November 2019 yang hanya Rp443,4 triliun.
Kendati melonjak dari tahun sebelumnya, namun Suahasil mengklaim pembiayaan utang di APBN masih sesuai target. Sebab, total pembiayaan utang di APBN ini sejatinya baru mencapai 87,3 persen dari estimasi pembiayaan utang pemerintah pada tahun ini yang mencapai Rp1.220,5 triliun.

"Pembiayaan anggaran dari utang masih on track, ini karena likuiditas cukup, pasar kondusif. Pembiayaan kita juga sudah selesai dari SBN, penerbitannya sudah selesai, yang tersisa hanya pembiayaan investasi ke BUMN yang akan diselesaikan pada Desember ini. Lelang SBN sudah selesai, termasuk pembelian dari BI," jelas Suahasil saat konferensi pers virtual APBN KiTA edisi Desember 2020, Senin (21/12).

Secara rinci, pembiayaan utang berupa Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp1.044,3 triliun atau 89 persen dari pagu Rp1.173,7 triliun. Realisasinya tumbuh 124,5 persen dari Rp465,1 triliun pada November 2019.

Sementara realisasi pembiayaan utang berupa pinjaman senilai Rp20,8 triliun atau 44,6 persen dari pagu Rp46,7 triliun. Realisasi justru terkontraksi 196,2 persen dari Rp21,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sisanya, pembiayaan investasi pemerintah tercatat Rp29,6 triliun atau 11,5 persen dari pagu Rp257,1 triliun. Beberapa diantaranya berupa suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN yang akan diberikan pada penghujung tahun ini.

Rencananya, pemerintah akan memberikan suntikan investasi ke BUMN mencapai Rp31,5 triliun, BLU Rp42 triliun, dan lembaga/badan lainnya Rp5 triliun. Kemudian pemberian pinjaman terealisasi Rp2,3 triliun, kewajiban penjaminan Rp3,6 triliun, dan pembiayaan lainnya Rp70,6 triliun.

Kendati pembiayaan utang melonjak tinggi, namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan imbal hasil alias yield surat utang yang harus dibayarkan pemerintah ke investor sebenarnya berkurang dari waktu ke waktu.

Tercatat yield SBN berdenominasi rupiah turun 26 persen dari 7,03 persen pada awal tahun menjadi 5,5 persen per 15 Desember 2020. Begitu juga dengan yield SBN dolar AS turun 30 persen dari 2,92 persen menjadi 2,05 persen pada periode yang sama.

"Jadi kita akan tetap jaga kepercayaan untuk surat utang dan manajemen APBN," kata Ani, sapaan akrabnya, pada kesempatan yang sama. - Kontak Perkasa Futures

Sumber : cnnindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar