Kontak Perkasa Futures - Batuk adalah reaksi tubuh karena ada sesuatu yang ingin dikeluarkan. Batuk kerap kali diremehkan karena dianggap tak berbahaya. Padahal batuk bisa menjadi penanda adanya suatu yang tak biasa di dalam tubuh, apalagi jika tak kunjung sembuh.
"Tidak ada yang namanya batuk biasa. Masyarakat harus waspada bila batuknya tidak sembuh-sembuh, atau kembali kambuh meski sudah minum antibiotik," kata dr Anwar Jusuf, dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan, beberapa waktu lalu.
Apakah kamu sedang mengalami batuk yang tak kunjung sembuh? Bisa jadi bukan hal-hal biasa seperti flu atau asma yang menyebabkannya, namun hal-hal tak biasa.
SARS atau sindrom pernapasan akut berat merupakan bentuk yang lebih serius dari viral pneumonia dan disebabkan oleh SARS coronavirus. Pertama kali teridentifikasi di tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menempatkan SARS sebagai ancaman kesehatan global.
Gejala SARS mirip sperti flu pada umumnya, yakni panas tinggi, batuk kering, radang tenggorokan, masalah pernapasan, sakit kepala, sakit badan, hilang nafsu makan, keringat dingin, ruam-ruam dan diare. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang tepat untuk menangani SARS.
Silikosis disebabkan karena seseorang menghirup terlalu banyak silika dalam jangka waktu panjang. Silika merupakan materia yang umum ditemukan di pasir, batu dan kuarsa. Seseorang yang memiliki potensi bahaya terpapar silika adalah orang yang bekerja dengan bebatuan, beton, kaca atau bahkan debu vulkanik yang dikeluarkan gunung berapi.
"Debu silika yg bisa masuk ke dalam paru atau alveoli akan dapat menyebabkan silikosis. Debu vulkanik juga mengandung salah satunya silika dengan berbagai ukuran. Seiring waktu, silika dapat menumpuk di paru-paru dan saluran pernapasan yang membuat napas menjadi sesak," tutur dr Feni Fitriani Taufik, Sp P(K), M Pd Ketua Divisi Paru Kerja dan Lingkungan, FKUI- RSUP Persahabatan.
Gejala silikosis dapat muncul beberapa minggu hingga bertahun-tahun setelah terpapar debu silika.
"Tidak ada yang namanya batuk biasa. Masyarakat harus waspada bila batuknya tidak sembuh-sembuh, atau kembali kambuh meski sudah minum antibiotik," kata dr Anwar Jusuf, dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan, beberapa waktu lalu.
Apakah kamu sedang mengalami batuk yang tak kunjung sembuh? Bisa jadi bukan hal-hal biasa seperti flu atau asma yang menyebabkannya, namun hal-hal tak biasa.
SARS atau sindrom pernapasan akut berat merupakan bentuk yang lebih serius dari viral pneumonia dan disebabkan oleh SARS coronavirus. Pertama kali teridentifikasi di tahun 2003, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menempatkan SARS sebagai ancaman kesehatan global.
Gejala SARS mirip sperti flu pada umumnya, yakni panas tinggi, batuk kering, radang tenggorokan, masalah pernapasan, sakit kepala, sakit badan, hilang nafsu makan, keringat dingin, ruam-ruam dan diare. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang tepat untuk menangani SARS.
Silikosis disebabkan karena seseorang menghirup terlalu banyak silika dalam jangka waktu panjang. Silika merupakan materia yang umum ditemukan di pasir, batu dan kuarsa. Seseorang yang memiliki potensi bahaya terpapar silika adalah orang yang bekerja dengan bebatuan, beton, kaca atau bahkan debu vulkanik yang dikeluarkan gunung berapi.
"Debu silika yg bisa masuk ke dalam paru atau alveoli akan dapat menyebabkan silikosis. Debu vulkanik juga mengandung salah satunya silika dengan berbagai ukuran. Seiring waktu, silika dapat menumpuk di paru-paru dan saluran pernapasan yang membuat napas menjadi sesak," tutur dr Feni Fitriani Taufik, Sp P(K), M Pd Ketua Divisi Paru Kerja dan Lingkungan, FKUI- RSUP Persahabatan.
Gejala silikosis dapat muncul beberapa minggu hingga bertahun-tahun setelah terpapar debu silika.
Gejala akan memburuk dari waktu ke waktu sebab debu telah merusak sistem pernapasan.
Peradangan pada saluran bronkial, yaitu saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru disebut bronkitis. Pengidapnya kerap mengalami batuk yang tak kunjung sembuh hingga mengeluarkan dahak tebal tak berwarna, dan kadang mengalami mengi, nyeri dada dan sesak napas.
Bronkitis kronis merupakan kondisi serius yang timbul seiring waktu, ditandai dengan gejala-gejala yang muncul selama beberapa bulan atau tahun. Adanya peradangan terus-menerus di saluran bronkial menyebabkan dahak dalam jumlah besar menumpuk di saluran napas dan memblokir udara.
Peradangan pada saluran bronkial, yaitu saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru disebut bronkitis. Pengidapnya kerap mengalami batuk yang tak kunjung sembuh hingga mengeluarkan dahak tebal tak berwarna, dan kadang mengalami mengi, nyeri dada dan sesak napas.
Bronkitis kronis merupakan kondisi serius yang timbul seiring waktu, ditandai dengan gejala-gejala yang muncul selama beberapa bulan atau tahun. Adanya peradangan terus-menerus di saluran bronkial menyebabkan dahak dalam jumlah besar menumpuk di saluran napas dan memblokir udara.
Emfisema merupakan penyakit paru yang kerap terjadi pada perokok, namun juga bisa terjadi pada orang yang terpapar polusi. Penyakit ini merusak alveoli atau kantung udara di paru-paru dan mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam darah, dan paru-paru tak lagi elastis.
Emfisema dan bronkitis akut termasuk dalam jenis penyakit penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Namun emfisema tidak dapat disembuhkan, sehingga pengobatannya bertujuan untuk memperlambat perkembangannya dan meminimalisir gejalanya.
Beberapa orang bisa mengidap emfisema bertahun-tahun tanpa ia ketahui. Beberapa tanda awalnya adalah sesak napas dan batuk-batuk, terutama saat berolahraga atau berkegiatan fisik yang berat dan akan berlanjut memburuk hingga semakin susah bernapas walau sedang beristirahat. Gejala lainnya adalah kelelahan, turun berat badan, depresi dan denyut jantung cepat.
Gagal jantung kongestif atau Congestive heart failure (CHF) merupakan penyakit progresif yang berdampak pada kemampuan memompa dari otot jantung. Merupakan kondisi di mana cairan menumpuk di sekitar jantung dan membuatnya tidak efisien memompa darah.
Penyakit ini timbul saat bilik jantung tak mampu untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Akhirnya, darah dan cairan lainnya malah membalik ke paru-paru, abdomen, hati dan bagian bawah tubuh. Sehingga, CHF bisa membahayakan nyawa, dengan salah satu gejalanya adalah batuk yang tak kunjung berhenti.
Merupakan kondisi di mana paru-paru terisi cairan dan tubuh berjuang untuk mendapatkan cukup oksigen dan mulai menyebabkan sesak napas. Pulmonary edema juga bisa menjadi pleural effusion (efusi pleural) di mana paru-paru sudah penuh terisi cairan.
Gejala yang biasa timbul adalah terengah-engah saat aktif berkegiatan fisik, susah napas saat tidur, mengi, terbangun tengah malam karena masalah pernapasan yang hilang saat duduk, naik bobot kilat terutama di bagian kaki, bengkak di bagian tubuh bawah dan kelelahan.
Pulmonary edema juga bisa disebabkan karena mabuk ketinggin atau saat tidak mendapatkan cukup oksigen di udara. Segera bawa k erumah sakit apabila semakin sulit untuk bernapas atau batuk-batuk yang mengeluarkan dahak berwarna pink, berbusa campuran antara air liur dan dahak, denyut jantung cepat dan tidak beratura, kulit membiru dan berkeringat. - Kontak Perkasa Futures
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar