Selasa, 18 Desember 2018

Neraca Dagang RI Tekor Lagi Gara-gara Impor Migas



PT Kontak Perkasa - Indonesia lagi-lagi mencatatkan defisit angka neraca perdagangan periode November 2018. Defisit disebabkan karena masih tingginya impor migas.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut untuk memperbaiki ini diharapkan ada langkah dari pemerintah. Tekor neraca perdagangan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.

Pada November mencapai US$ 14,83 miliar. Sementara impor di bulan yang sama tercatat US$ 16,88 miliar.

Dengan demikian, neraca perdagangan RI di November kembali defisit US$ 2,05 miliar. Kedua nilai ekspor dan impor itu sama-sama turun.

Angka ekspor turun 3,28% secara tahunan, sementara angka impor turun 4,47% dibandingkan posisi Oktober 2017.

"Yang sebabkan impor kita turun adalah impor migas 2,80%. Impor yang turun minyak mentah turun 2,37%," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam jumpa pers di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

Impor non migas juga turun sebesar 4,80% pada November 2018 dibandingkan bulan yang sama 2017.

Periode Januari-November mengalami defisit. Defisit secara keseluruhan mencapai US$ 7,52 miliar.

"Defisit Nilai kumulatif Januari-November 2018 US$ 7,52 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

Kecuk mengatakan defisit perdagangan secara kumulatif ini disebabkan karena impor migas.

"Defisit terjadi karena migas," katanya.

Untuk November 2018, nilai impor migas tercatat nilai ekspor migas US$ 1,37 miliar. Nilai ini turun 10,75% dibanding bulan sebelumnya.

Sepanjang Januari-November ekspor migas tercatat US$ 15.658,5 miliar, sementara impornya bengkak hingga mencapai US$ 27.81 miliar.

"Defisit ke depan upaya untuk genjot ekspor dan kendalikan impor berbagai kebijakan sudah disusun sehingga ke depan neraca perdagangan agar surplus," tuturnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekspor menjadi tantangan dari neraca dagang Indonesia yang masih tertekan. Pasalnya, dengan kondisi global saat ini sejumlah negara cenderung berhati-hati dalam melakukan impor.

"Dari sisi komoditas kita atau pasar untuk mengekspor harus kita lihat dengan sangat hati-hati. Karena untuk RRT, ekonominya sedang dalam posisi adjustment karena adanya internal mereka sendiri maupun trade war dengan AS," katanya saat ditemui di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

"Sedangkan pasar-pasar yang baru, melihat kondisi ekonomi sekarang yang tendensinya melemah kemampuan menyerap ekspor akan sangat terbatas. Jadi kita perlu sangat hati-hati dalam mengelola terutama eksternal account kita," lanjutnya.

Untuk itu ke depan ekspor masih akan dipacu dari sisi daya saing Indonesia. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya seperti insentif juga akan dilihat.

"Namun kami juga memahami dinamika globalnya sedang sangat tinggi atau tidak pasti," tambah Sri Mulyani.

Di sisi lain, kebijakan impor juga akan tetap terus ditinjau. Sejauh ini pemerintah telah menaikkan tarif impor 1.147 komoditas.

"Namun sektor lain di migas dan non migas kita mesti memperhatikan kemampuan industri dalam negeri untuk bisa mensubstitusi itu," tutup Sri Mulyani. - PT Kontak Perkasa

Sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar